Berita Seputar MotoGP - Tahun depan tak ada sosok Loris Baz di peta persaingan MotoGP. Pembalap
kebangsaan Prancis itu memutuskan balik ke ajang Superbike World
Championship guna mengembalikan eksistensinya yang sempat meredup.
Selama tiga tahun terakhir, Baz tak mampu bicara banyak. Ia gagal menorehkan prestasi dari MotoGP 2015-2017. Dengan tim Yamaha Forward Racing, Baz finis di peringkat 17 klasemen. Sedangkan di Avintia Racing, ia mengakhiri musim di peringkat 20 dan 18.
Meski tak punya prestasi, ada momen yang membuatnya bangga selama berkarier di pentas MotoGP. Dalam tiga tahun ke belakang, Baz setidaknya bisa membungkam kritik orang-orang soal postur tubunya yang dinilai terlalu tinggi untuk seukuran pembalap MotoGP.
"Hal yang paling membanggakan yaitu ketika saya bisa membuktikan diri berada di kelas MotoGP. Tiga tahun lalu orang-orang mengatakan saya tak akan pernah berhasil. Saya tidak bisa menyelesaikan musim karena postur tubuh yang terlalu tunggi. Tapi pada akhirnya saya bisa membuktikan bahwa pembalap jangkung juga dapat mengendarai motor untuk seri sekelas MotoGP tanpa melakukan modifikasi," ungkap Baz dalam rilis Motorsport.
"Saya bisa tampil cepat dan melakukan hal-hal hebat. Saya dapat finis di posisi 10 besar dan itulah yang pantas saya banggakan," tegasnya.
Penyesalan Baz hanyalah tidak adanya kesempatan untuk menjajal motor dari tim pabrikan. Jika mendapatkannya, ia yakin bisa bersaing dengan para pembalap unggulan.
"Tidak menaiki motor dari tim papan atas menjadi penyesalan terbesar saya. Motor yang saya kendarai (Ducati Desmosedici GP15) adalah produk dua tahun lalu sehingga masalahnya sama seperti di tahun itu," ucap Baz yang memiliki postur 188 cm.
"Saya merasakan banyak kesulitan di motor tersebut. Itulah penyesalan saya karena tak punya motor yang bagus. Jika memilikinya, kita bisa melihat apa yang sebenarnya bisa saya lakukan," pungkasnya.
Selama tiga tahun terakhir, Baz tak mampu bicara banyak. Ia gagal menorehkan prestasi dari MotoGP 2015-2017. Dengan tim Yamaha Forward Racing, Baz finis di peringkat 17 klasemen. Sedangkan di Avintia Racing, ia mengakhiri musim di peringkat 20 dan 18.
Meski tak punya prestasi, ada momen yang membuatnya bangga selama berkarier di pentas MotoGP. Dalam tiga tahun ke belakang, Baz setidaknya bisa membungkam kritik orang-orang soal postur tubunya yang dinilai terlalu tinggi untuk seukuran pembalap MotoGP.
"Hal yang paling membanggakan yaitu ketika saya bisa membuktikan diri berada di kelas MotoGP. Tiga tahun lalu orang-orang mengatakan saya tak akan pernah berhasil. Saya tidak bisa menyelesaikan musim karena postur tubuh yang terlalu tunggi. Tapi pada akhirnya saya bisa membuktikan bahwa pembalap jangkung juga dapat mengendarai motor untuk seri sekelas MotoGP tanpa melakukan modifikasi," ungkap Baz dalam rilis Motorsport.
"Saya bisa tampil cepat dan melakukan hal-hal hebat. Saya dapat finis di posisi 10 besar dan itulah yang pantas saya banggakan," tegasnya.
Penyesalan Baz hanyalah tidak adanya kesempatan untuk menjajal motor dari tim pabrikan. Jika mendapatkannya, ia yakin bisa bersaing dengan para pembalap unggulan.
"Tidak menaiki motor dari tim papan atas menjadi penyesalan terbesar saya. Motor yang saya kendarai (Ducati Desmosedici GP15) adalah produk dua tahun lalu sehingga masalahnya sama seperti di tahun itu," ucap Baz yang memiliki postur 188 cm.
"Saya merasakan banyak kesulitan di motor tersebut. Itulah penyesalan saya karena tak punya motor yang bagus. Jika memilikinya, kita bisa melihat apa yang sebenarnya bisa saya lakukan," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment