Sunday, December 31, 2017

Rossi: Dengan Atau Tanpa Lorenzo, Masalah Yamaha Tetap Sama

Rossi: Dengan atau Tanpa Lorenzo, Masalah Yamaha Tetap Sama

Berita Seputar MotoGP - Valentino Rossi menyebut permasalahan motor Yamaha YZR-M1 2017 tidak terletak pada pembalap. Menurut The Doctor, kesimpulan itu didapat setelah Jorge Lorenzo hengkang ke Ducati.

Rossi semula menganggap motor Yamaha YZR-M1 didesain tidak sesuai dengan karakter dia dan rekannya tahun lalu, Jorge Lorenzo. Namun, setelah Lorenzo hengkang dan digantikan Maverick Vinales masalah itu tetap tidak terpecahkan.

"Saya memikirkan hal ini (Yamaha bermasalah setelah Lorenzo hengkang), tapi saya berpikir itu kebetulan," kata Rossi dikutip Motorsport.

"Mungkin jika Lorenzo mengendarainya (Yamaha YZR-M1 2017), dia akan setuju dengan saya. Tapi saya tidak berpikir itu alasannya (kami kesulitan)," lanjut Rossi.

Sebelumnya diberitakan, bos tim Yamaha Lin Jarvis mengatakan Yamaha akan tetap menemui masalah yang sama, siapa pun tandem yang balapan bersama Rossi. "Saya berpikir, kami akan mengalami masalah sama dengan atau tanpa Jorge," kata Jarvis.


Legenda Suzuki Kritik Penampilan Iannone Di MotoGP 2017

Legenda Suzuki Kritik Penampilan Iannone di MotoGP 2017

Berita Seputar MotoGP - Penampilan Andrea Iannone di musim perdananya sebagai pembalap Tim Suzuki Ecstar pada MotoGP 2017 tidak menjanjikan. Bagaimana tidak dari 18 balapan yang dilangsungkan pada musim ini, Iannone tak pernah sekalipun meraih podium.

Padahal di awal kedatangannya di Tim Suzuki, banyak yang menaruh harapan tinggi pada diri Iannone. Pasalnya Iannone sendiri memang dikenal sebagai salah satu pembalap yang cukup tampil menjanjikan ketika masih memperkuat Tim Ducati Corse.

Akan tetapi alih-alih mampu menunjukkan performa yang kompetitif, Iannone justru terlihat kesulitan untuk bisa beradaptasi dengan motor Tim Suzuki, yakni GSX-RR. Hal tersebut terbukti dengan lima kali pembalap berjuluk The Maniac Joe tersebut gagal menyelesaikan balapan.

Dengan sejumlah hasil minor tersebut, Iannone pun harus puas menyelesaikan kejuaraan dunia dengan hanya menempati urutan ke- 13 dengan raihan 70 poin. Ia terpaut 228 poin dari pembalap Tim Repsol Honda, Marc Marquez, yang keluar sebagai jawara MotoGP 2017.

Mengetahui kondisi tersebut lantas membuat pembalap legendaris milik Tim Suzuki, yakni Kevin Schwantz, memberikan komentarnya. Ia mengaku sangat kecewa dengan performa Iannone di musim perdananya bersama Tim Suzuki.

"Saya yakin Suzuki tidak mendapat 100% dari Iannone. Mereka mendapat banyak masalah karena Alex Rins mengalami cedera, dan membutuhkan waktu beradaptasi yang cukup panjang," cetus Schwantz, seperti disadur dari Sport Rider.

"Di balik masalah yang ada pada Suzuki, saya rasa Iannone telah melakukan hal yang tidak dapat diterima. Dia sama sekali tidak pernah memberikan 100 persen kemampuannya di lintasan," tuntas pria berkebangsaan Amerika Serikat tersebut. 

Saturday, December 30, 2017

Lewis Hamilton Puji Valentino Rossi Setinggi Langit

Lewis Hamilton Puji Valentino Rossi Setinggi Langit

Berita Seputar MotoGP - Nama besar Valentino Rossi tidak hanya terdengar di dunia balap MotoGP. Rider asal Italia tersebut juga menyita perhatian dari pembalap Formula 1 seperti Lewis Hamilton.

Hamilton yang memenangkan gelar juara dunia Formula 1 2017 mengatakan Rossi adalah pembalap hebat. Bahkan, ketika mengendarai motor Hamilton merasa seperti Valentino Rossi.

"Ketika sedang mengendarai sepeda motor menyusuri jalan-jalan di Monaco, saya merasa seperti seorang Valentino Rossi. Dia menginspirasi banyak pembalap, termasuk saya," kata Hamilton.

"Terkadang saya beraksi seperti Vale di Formula 1. Beberapa aksi ekstrim dilakukan bersama sepeda motornya. Jujur, saya benar-benar tergila-gila dengan kehebatannya," kata Hamilton.

Rossi sendiri sepanjang kariernya sebagai pembalap profesional, sudah berhasil meraih sembilan gelar juara dunia. Yang mana tujuh di antaranya ia dapatkan ketika turun di kelas MotoGP. 

Yamaha Tak Rugi Kehilangan Jorge Lorenzo

Yamaha Tak Rugi Kehilangan Jorge Lorenzo

Berita Seputar MotoGP - Bos Yamaha, Lin Jarvis mengaku tak merasa rugi dengan perginya Jorge Lorenzo. Penegasan ini kembali disampaikan untuk menjawab pertanyaan apakah Yamaha kehilangan Lorenzo.

Peraih tiga kali juara MotoGP musim lalu resmi meninggalkan Yamaha. Lorenzo memilih bergabung dengan Ducati ketimbang meneruskan kerjasamanya dengan Rossi.

Selanjutnya posisi Lorenzo diisi Maverick Vinales. Tampil bersama Rossi, penampilan pembalap muda asal Spanyol tidak terlalu buruk. Ia berhasil menempati posisi ketiga di bawah Marc Marquez dan Andrea Dovizioso.

Sebenarnya apa yang terjadi pada Yamaha di musim ini di luar ekspektasi. Di awal musim penampilan duet Rossi dan Vinales sempat menjanjikan. Sayangnya di pertengahan musim, performa motor mengalami masalah hingga Rossi dan Vinales gagal menempati dua besar. Kondisi ini adalah kali pertama dalam 10 tahun terakhir.

Ketika ditanya apakah situasi ini terjadi lantaran Lorenzo hengkang? "Kami kehilangan Lorenzo? Tidak. Kami memang punya hubungan yang lama dengannya. Dia telah memenangkan tiga gelar buat kami, jadi kami mempunyai banyak kenangan dengan Lorenzo," kata Jarvis dilansir Foxsport, Kamis (28/12/2017).

“Saya rasa kami tetap akan menghadapi masalah yang sama, ada atau tidak ada Lorenzo. Saya merindukannya dalam tingkat sosial, tapi tidak berpikir dalam hal kinerja," tambah Jarvis.

"Maverick telah menjalani musim yang baik bersama kami. Finis di posisi ketiga membuatnya telah maju selangkah. Dia berpotensi melakukan lebih baik jika kami memberikan motor yang lebih baik lagi." 

Friday, December 29, 2017

Fakta-Fakta Kesederhanaan Pembalap Yamaha Tech 3 Johann Zarco

Fakta-Fakta Kesederhanaan Pembalap Yamaha Tech 3 Johann Zarco

Berita Seputar MotoGP - Johann Zarco merupakan pembalap motor Prancis paling sukses saat ini. Dengan status tersebut gaya hidup Johann Zarco justru terbilang sederhana. Seperti apa kesederhanaannya?

1. Rumah di Prancis
Johann Zarco tidak memutuskan pergi dari Prancis setelah berhasil menjadi juara dunia Moto2 dua kali yakni 2015 dan 2016. Saat dia berhasil menjadi rookie terbaik MotoGP 2017 dia juga masih menetap di Prancis.

2. Minim Endorsement
Johann Zarco masih membatasi endorsement yang dia terima. Hingga saat ini dia hanya menerima endorsement dari produsen helm, Shark. Tidak ada endorsement topi, clothing maupun kacamata lifestyle.

3. Satu Ponsel Pintar

Johann Zarco enggan menggunakan ponsel pintar untuk kesehariannya. Dia menggunakan ponsel pintar justru karena ponsel “jadul” miliknya hilang ketika dia berwisata di pantai.

4. Gaji Tidak Diketahui
Johann Zarco dipinang oleh Monster Yamaha Tech 3 dengan klausul gaji yang tidak diketahui. Monster Yamaha Tech 3 malah mengakui dana mereka terbatas untuk menggaji Johann Zarco. Makanya tahun depan mereka pesimis bisa bersama Johann Zarco mengingat tawaran gaji lebih besar sudah datang.

5. Mobil Renault

Saking sederhananya hidup Johann Zarco, dia masih belum tertarik membeli mobil-mobil sport. Dia hanya memiliki mobil sedan Renault Megane.

6. Tidak Aktif di Sosial Media

Johann Zarco sama sekali tidak aktif di sosial media. Dia menyerahkan seluruh aktivitas sosial media miliknya kepada orang-orang terdekatnya. 

Johann Zarco, Penerus Legenda MotoGP

Johann Zarco, Penerus Legenda MotoGP

Berita Seputar MotoGP - MotoGP terus melahirkan penerus legenda MotoGP. Setelah Marc Marquez dan Maverick Vinales, kini dari Prancis hadir sosok muda bernama Johann Zarco. Seperti apa kiprahnya di MotoGP?

Johann Zarco tidak akan pernah lupa dengan musim dingin yang terjadi di 2007. Di usianya yang saat itu masih muda, 17 tahun, Johann Zarco berada di persimpangan jalan. Pada satu titik dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya yang ingin dia melanjutkan sekolah. Di titik lainnya, dia justru semakin terpesona dengan dunia balap motor.

Johann Zarco muda saat itu berada dalam sebuah dilema berkepanjangan. Dia sadar umurnya tidak muda lagi untuk memulai balap motor. Dia melihat orang-orang sebaya dengannya Jorge Lorenzo di usia yang tidak jauh berbeda malah sudah mendominasi balap motor 250 cc. Begitu juga dengan Marc Marquez yang tiga tahun lebih muda dari dirinya justru sudah menguasai balap motor 125 cc.

Berbeda dengan pembalap-pembalap Spanyol dan Italia yang sudah berkenalan dengan motor di usia dini, Johann Zarco justru baru bersentuhan dengan motor di usia remaja. Perkenalan itulah membuat dia jatuh cinta dengan balap motor. Pada saat yang sama dia tidak ingin membuat orang tuanya kecewa karena meninggalkan pendidikan. Dia memang sempat mencoba-coba balapan motor yang hasilnya malah mengecewakan.

Di tengah dilema tersebut, pada musim dingin 2007, Johann Zarco memutuskan mengendarai motor skuter dari rumah orang tuanya di Cannes menuju Avignon. Selama 6 jam dan 250 kilometer, dia pergi ke kota tersebut hanya dengan satu tujuan bertemu Laurent Felon.

Johann Zarco mengenal Laurent Felon dari teman-temannya yang mengatakan sosok Laurent Felon adalah sosok ajaib. Mantan tentara dan penerjun payung tersebut memiliki metode yang kuat dalam menggembleng atlet. Laurent Felon terbilang otoriter dan tidak kenal kata mundur. Sekali sudah mengutarakan keinginan, maka harus diwujudkan.

Inilah yang terjadi pada Johann Zarco saat mengetuk pintu rumah Laurent Felon. Seketika Johann Zarco langsung tinggal di rumahnya. "Selama 5 sampai 6 tahun, saya tinggal bersamanya. Tiada hari tanpa latihan motor," kenang Johann Zarco.

Laurent Felon bukanlah sosok yang percaya bahwa prestasi dan kualitas bisa diraih dengan instan. Dia mendidik Johann Zarco perlahan-lahan. Meski teman-teman sebayanya sudah bersinar di ajang balapan dunia, Laurent Felon tidak menginginkan Johann Zarco mengejar mereka.

Bersama Laurent Felon, Johan Zarco akhirnya mencoba balapan di ajang Red Bull Rookies Cup pada 2007. Hasilnya menggembirakan karena dia jadi juara umum dengan memenangi tiga balapan. "Saat itu saya berpikir untuk segera masuk ke level profesional. Tapi Laurent meminta saya menunggu dan latihan lagi," kata Johann Zarco.

Setelah mengubur keinginan tersebut, Zarco diajak Laurent Felon pindah ke Hungaria. Di sinilah dia diajak bertemu dengan mantan juara dunia balap motor asal Hungaria, Gabor Talmacsi. Selama dua tahun Johann Zarco berlatih serius dengan Gabor Talmacsi. Dua tahun setelahnya, tiba-tiba Laurent Fellon menggadaikan rumahnya. Dia diam-diam mendaftarkan Johann Zarco di ajang lomba balap motor 125 cc. Selama tiga tahun, Johann Zarco berkiprah di ajang balap motor 125cc.

Puncak prestasinya terjadi tahun 2011 karena dia berhasil meraih juara 2 balap motor 125 cc. Setahun setelahnya, Laurent Felon membawa Johann Zarco ke tingkat lebih tinggi lagi, Moto2. Di usia mencapai kepala dua, Johann Zarco terlihat telat berlomba di ajang Moto2, tapi usia tersebut membuatnya menjadi lebih matang dan tenang.

Kematangan tersebut semakin terasa ketika Johann Zarco berhasil menjadi juara dunia Moto2 dua kali, yakni 2015 dan 2016. "Butuh waktu untuk saya mengerti menjadi seorang pembalap. Bagi saya memang ini yang terbaik, mempelajarinya perlahan-lahan dan mengenalnya lebih dalam. Nikmati saja waktu pembelajaran tersebut," kata Johann Zarco.

Hal sama dia lakukan ketika dipinang Yamaha Tech 3 untuk bersaing dengan legenda-legenda MotoGP, seperti Valentino Rossi, Marc Marquez, hingga Jorge Lorenzo. Dia melihat musim pertamanya sebagai musim pembelajaran. Meski demikian, dia selalu mendengarkan kata Laurent Felon sebagai orang paling dia dengar di ajang balap motor. Setelah melihat balapan perdana Johann Zarco di MotoGP 2017, Laurent Felon mengatakan, dirinya harus lebih percaya diri.

"Saya bisa bersaing di barisan terdepan. Saya bisa mencapai top 6 di setiap balapan," ucap Johann Zarco. Inilah mengapa pembalap motor Prancis tersebut begitu trengginas saat balapan. Dia percaya dengan kemampuannya, dia bisa melewati siapa saja tidak hanya Valentino Rossi, tapi juga sang juara dunia MotoGP 2017, Marc Marquez.

Kepercayaan diri yang tinggi inilah membuat dia dikritik Valentino Rossi. Dia mengatakan, gaya balap Johann Zarco masih seperti gaya balap Moto2. Padahal sebagai tim satelit dari Yamaha, bisa saja Johann Zarco menahan diri. Hanya saja hal itu tidak akan ada dalam kamus Johann Zarco. Kepercayaan diri yang tinggi inilah membuat dia berhasil menjadi rookie terbaik MotoGP 2017. Dia bahkan mengakhiri musim balap MotoGP 2017 di posisi 6 sesuai dengan Laurent Felon katakan padanya bahwa dia bisa berada di 6 terbaik.

Tahun ini Johann Zarco hanya sedikit mengirimkan sinyal kepada lawan-lawannya di MotoGP. MotoGP musim depan bisa jadi kita akan melihat talenta baru yang bisa menjadi penerus legenda MotoGP.  

Thursday, December 28, 2017

Dovizioso: Hal Kecil Bisa Berdampak Besar Di Dunia Balap MotoGP

Dovizioso: Hal Kecil Bisa Berdampak Besar di Dunia Balap MotoGP

Berita Seputar MotoGP - Pembalap Ducati Andrea Dovizioso mengungkapkan perasaannya usai finis sebagai runner up di MotoGP 2017. Menurutnya, Ducati telah memperhatikan hal-hal kecil yang berdampak besar.

Dovi finis di posisi runner up pada MotoGP 2017 sekaligus tampil sebagai pesaing Marc Marquez hingga balapan terakhir di GP Valencia. Dovi telah memenangkan enam balapan sepanjang musim lalu.

"Terlalu banyak hal terjadi untuk mendefinisikan tahun ini (MotoGP 2017) sebagai giliran saya. Tapi Anda bisa berada di level itu karena hal-hal kecil yang bisa menciptakan perubahan besar," kata Dovi dikutip Tuttomotoriweb.

"Masing-masing pembalap memiliki batasan sendiri yang mereka buat. Saya mencoba melewati batasan tersebut di usia 31 tahun," kata Dovi.

Di musim depan, Dovizioso diprediksi akan tampil sebagai pesaing utama dalam perburuan gelar juara MotoGP 2018. Selain Dovi, Marquez yang notabene juara bertahan juga bakal diyakini tampil menggedor. 

Hormati Legenda Balap, Tim Aspar Lakukan Perubahan Nama

Hormati Legenda Balap, Tim Aspar Lakukan Perubahan Nama

Berita Seputar MotoGP - Tim Aspar menyambut MotoGP 2018 dengan pengumuman nama baru. Pada tahun depan tim yang diperkuat Karel Abraham dan Alvaro Bautista ini bakal menggunakan nama Angel Nieto Team.

Hal ini dicetuskan langsung oleh Jorge Martinez selaku bos besar Aspar. Ia ingin timnya memberi penghormatan pada legenda balap motor, Angel Nieto yang meninggal dunia pada 3 Agustus 2017 lalu.

"Angel Nieto sosok yang identik dengan dunia balap motor. Kami ingin memberi penghormatan dengan mengganti nama menjadi Angel Nieto Team," ucap Martinez yang dikutip dari situs resmi MotoGP.

"Angel telah membantu banyak orang dan saya salah satunya. Dia bagian penting dalam hidup saya. Begitu pula dengan anak laki-lakinya yakni Gelete dan Pablo serta keponakannya yaitu Fonsi," tuturnya.

Sebagai bentuk penghormatan lainnya, Martinez memberikan posisi Team Principal pada Gelete Nieto. Sebelumnya ia pernah memperkuat Aspar dari 1993-1997. Gelete mengaku terkesan dengan tindakan dan keputusan yang diambil oleh Martinez.

"Langkah pertama saya dalam dunia balap dimulai dari Jorge Martinez 'Aspar'. Dia menuntun saya ke puncak podium Kejuaraan Eropa dan Spanyol. Dia selalu menjadi bagian penting dalam keluarga kami," ungkap Gelete.

"Sekarang dia memulai babak baru dalam kehidupan karier saya di sebuah tim yang membawa nama ayah. Saya yakin dia akan senang. Motor adalah jalan hidupnya dan kami bakal memastikan dia tetap berhubungan dengan gairahnya yang besar," tambahnya.

Sepanjang hidupnya, Angel Nieto pernah mendapatkan 13 gelar juara dunia. Pembalap kebangsaan Spanyol itu tutup usia di umur 70 tahun usai menjadi korban kecelakaan lalu lintas. 

Wednesday, December 27, 2017

Bukan Morbidelli! Ini Sosok Lain Calon Penerus Rossi Di MotoGP

Bukan Morbidelli! Ini Sosok Lain Calon Penerus Rossi di MotoGP

Berita Seputar MotoGP - Setelah Franco Morbidelli, nama-nama lain rider muda asal Italia yang digadang-gadang menjadi penerus Valentino Rossi di ajang MotoGP pun kian banyak bermunculan, dan salah kandidat kuatnya adalah Francesco Bagnaia.

Francesco Bagnaia merupakan sosok rider yang telah berkiprah di kelas Moto3 sejak tahun 2013, meski saat itu statusnya bukan sebagai pembalap utama sebelum bergabung dengan tim milik Valentino Rossi, Sky Racing VR46.

Setelah sempat berpisah dan membela tim Mahindra, rider 20 tahun ini akhirnya kembali ke Sky Racing VR46 dan naik kelas ke Moto2 pada musim 2017 lalu.

Dari sinilah Bagnaia mulai dikenal. Dari 18 race, ia sukses mengunci empat podium dan mengoleksi total 174 poin untuk mengamankan posisi kelima klasemen akhir serta dinobatkan sebagai Rookie of the Year Moto2 2017.

Kendati dengan performa impresifnya musim lalu, pembalap muda asal Italia ini justru menolak memikirkan debut ke MotoGP dan lebih ingin fokus di Moto2, meski beraksi di kelas utama tetap menjadi target jangka pendeknya.

“Saya pikir ini (2019) akan menjadi saat yang tepat. Jika saya dapat tawaran untuk 2018, saya tidak siap menangani situasi tersebut. Tetapi, dengan tambahan satu tahun pengalaman, ya,” ungkapnya.

Aksinya yang mencuri perhatian tersebut pun mengundang decak kagum dari pengamat MotoGP sekaligus manajer Andrea Iannone, Carlos Pernat, yang meyakini bahwa Bagnaia adalah rider masa depan Italia.

“Dua pembalap terbaik yang kami [Italia] miliki dengan satu target ke MotoGP adalah [Romano] Fenati dan Enea Bastianini. Bagnaia mungkin juga, ia sangat kuat, tetapi saya perlu waktu untuk mengevaluasinya,” tutur Pernat.

Berikut biodata singkat Bagnaia :

Nama: Francesco Bagnaia
Tempat, Tanggal Lahir: Turin, Italia, 14 Januari 1997
Kebangsaan: Italia
Nomor motor: 42
Prestasi Bagnaia di Semua Kelas
Moto3: 69 race, 2 menang, 7 podium, 1 pole, 2 fastest lap, 271 poin
Moto2: 18 race, 0 menang, 4 podium, 0 pole, 0 fastests lap, 174 poin

Marquez Beberkan Tiga Faktor Kunci Performa Stabilnya Di Lintasan


Berita Seputar MotoGP - Rider Repsol Honda, Marc Marquez, membeberkan tiga faktor kunci yang membuatnya mampu mempertahankan performa stabilnya ketika beraksi di lintasan hingga membuatnya menjadi rider tersukses MotoGP dalam lima tahun terakhir.

Di usianya yang baru 24 tahun, Marc Marquez telah mencatatkan namanya sebagai rider tersukses MotoGP dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Total enam gelar juara dunia, termasuk empat mahkota di kelas utama, telah ada di genggamannya.

Musim lalu, di tengah persaingan sengit perburuan titel juara, rider berjuluk Baby Alien ini berhasil menunjukkan penampilan konsisten hingga akhirnya sukses mengamankan gelar MotoGP keempatnya usai menundukkan Andrea Dovizioso dalam race pamungkas di Valencia pertengahan November lalu.

Dengan segala kesuksesan tersebut, Marquez pun membeberkan faktor lain yang menjadi rahasianya dalam menjaga performa di lintasan selain skill mumpuni dan kualitas motor.

“Keluarga, teman-teman, dan segala kehidupan di luar sirkuit. Tiga faktor tersebut penting untuk mempertahankan tujuan Anda,” tutur rider Repsol Honda ini sebagaimana yang dilansir dalam Sport Rider pekan lalu.

“Ketiga hal tersebut bisa membantu Anda menjaga stabilitas dari hari ke hari dan menjaga segalanya agar berjalan senormal mungkin.”

Tak seperti kebanyakan rider yang memisahkan kehidupan pribadi dengan dunia balapan, Marquez justru mengaku keduanya merupakan satu paket komplit.

“Saya hidup untuk dan melalui motor. Segala yang saya lakukan adalah untuk balapan. Motor selalu ada dalam benak saya sepanjang hari,” sambungnya.

“Jika saya mengatakan membalap hanya untuk bersenang-senang, itu bohong. Tentu saja saya menikmati kehidupan di atas motor, tetapi Anda perlu hal lain untuk tampil kompetitif. Anda perlu memenangkan race dan mengejar gelar juara.”

Monday, December 25, 2017

Valentino Rossi Sebut Dovizioso Fenomena Baru Di MotoGP


Berita Seputar MotoGP - Valentino Rossi bicara tentang kesabaran Andrea Dovizioso di lintasan balap MotoGP. Menurut Rossi, Dovizioso merupakan teladan dalam dunia olahraga.

Musim lalu, Dovi mencapai puncak kariernya dengan finis di posisi kedua dalam klasemen akhir pembalap. Dia memenangkan enam balapan dalam satu musim; sebuah rekor terbalik dari sebelumnya ketika dia hanya memenangakan dua balapan dalam sembilan tahun.

"Pasti Anda orang yang terburu-buru. Yang seperti ini sebelumnya tidak ada dalam MotoGP, tidak ada dalam olahraga kita," kata Rossi, dikutip MCN.

Sebelumnya, Valentino Rossi juga memuji sosok Dovizioso dengan menyebutnya sebagai contoh yang baik untuk pembalap muda. Pada saat itu Rossi mengatakan bahwa Dovi telah berhasil melewati masa-masa sulit dalam kariernya. 
 
Sekadar informasi, Dovizioso mengakhiri musim 2017 di posisi runner up setelah memenangkan enam balapan. Enam kemenangan tersebut dia raih saat melakoni GP Italia, Catalunya, Austria, Inggris, Jepang dan Malaysia.

Rossi: Pembalap Muda Harus Belajar Dari Dovizioso

Rossi: Pembalap Muda Harus Belajar dari Dovizioso

Berita Seputar MotoGP - Rider veteran Valentino Rossi menyebut salah satu hal paling menarik di MotoGP 2017 adalah sosok Andrea Dovizioso. Sebab, kata Rossi, musim lalu Dovi menunjukkan semangat tinggi di lintasan.

Dovizioso mengakiri musim 2017 di posisi runner up setelah memenangkan enam balapan. Enam kemenangan tersebut dia raih saat melakoni GP Italia, Catalunya, Austria, Inggris, Jepang dan Malaysia.

"Bagi saya, kisah Dovisioso adalah cerita yang sangat bagus karena dia melewati masa-masa sulit dalam kariernya. Semua pembalap muda harus belajar dari Dovi," kata Rossi.

"Dia tidak pernah menyerah. Dia tidak kehilangan kepercayaan diri. Sebelumnya Dovi hanya memenangkan dua balapan dalam sembilan tahun. Kemarin, dia memenangkan enam balapan dalam satu musim," lanjut Rossi.

Rossi meyakini, musim depan Dovizioso akan tampil sebagai kompetitor terberat dalam perburuan gelar juara dunia. Sebab, kepercayaan diri Dovizioso tumbuh seiring kematangan tim Ducati mempersiapkan motor yang kompetitif.

Pendatang Baru MotoGP Dibandingkan Dengan Marquez

Pendatang Baru MotoGP Keberatan Dibandingkan dengan Marquez

Berita Seputar MotoGP - Thomas Luthi siap meramaikan persaingan di MotoGP 2018. Pembalap kebangsaan Swiss tersebut dipercaya untuk memperkuat tim Marc VDS Honda bersama Franco Morbidelli.

Disinggung soal targetnya, Luthi bersikap realistis. Menurutnya semua pendatang baru tak bisa seperti Marc Marquez yang langsung juara di musim pertamanya.

"Memang sungguh luar biasa, ada saatnya orang-orang meminta pembalap 20 tahun tampil seperti Marquez atau (Jack) Miller. Ya, mereka masih sangat muda. Tapi yang orang lain harus mengerti, tidak semua pembalap seperti Marquez," ucap Luthi dikutip dari Motorsport.

Karier Marquez di pentas MotoGP memang sangat mengagumkan. Sebagai pendatang baru di musim 2013, ia langsung juara bersama tim Repsol Honda. Pencapaian serupa diulanginya pada MotoGP 2014, 2016 dan 2017. Melihat fakta tersebut, Luthi pesimistis dapat menyamai prestasi The Baby Alien.

"Bagi saya ini sangat sulit sebab saya sudah 31 tahun. Saya terlalu tua dan tidak punya kesempatan lagi," tuturnya.

Luthi sendiri memulai karier profesionalnya di kelas 125cc pada musim 2002 lalu. Ia sempat meraih gelar juara dunia pada 2005 dan dua tahun kemudian, ia naik ke kelas 250cc.

Sejauh ini Luthi tercatat pernah memperkuat tim Aprilia, Moriwaki, Suter, dan terakhir Kalex. Kariernya sempat naik turun hingga akhirnya konsisten jadi runner up Moto2 dalam dua tahun terakhir. 

Hal Membanggakan Dan Penyesalan Loris Baz Saat Berkarier Di MotoGP

Hal Membanggakan dan Penyesalan Loris Baz Saat Berkarier di MotoGP

Berita Seputar MotoGP - Tahun depan tak ada sosok Loris Baz di peta persaingan MotoGP. Pembalap kebangsaan Prancis itu memutuskan balik ke ajang Superbike World Championship guna mengembalikan eksistensinya yang sempat meredup.

Selama tiga tahun terakhir, Baz tak mampu bicara banyak. Ia gagal menorehkan prestasi dari MotoGP 2015-2017. Dengan tim Yamaha Forward Racing, Baz finis di peringkat 17 klasemen. Sedangkan di Avintia Racing, ia mengakhiri musim di peringkat 20 dan 18.

Meski tak punya prestasi, ada momen yang membuatnya bangga selama berkarier di pentas MotoGP. Dalam tiga tahun ke belakang, Baz setidaknya bisa membungkam kritik orang-orang soal postur tubunya yang dinilai terlalu tinggi untuk seukuran pembalap MotoGP.

"Hal yang paling membanggakan yaitu ketika saya bisa membuktikan diri berada di kelas MotoGP. Tiga tahun lalu orang-orang mengatakan saya tak akan pernah berhasil. Saya tidak bisa menyelesaikan musim karena postur tubuh yang terlalu tunggi. Tapi pada akhirnya saya bisa membuktikan bahwa pembalap jangkung juga dapat mengendarai motor untuk seri sekelas MotoGP tanpa melakukan modifikasi," ungkap Baz dalam rilis Motorsport.

"Saya bisa tampil cepat dan melakukan hal-hal hebat. Saya dapat finis di posisi 10 besar dan itulah yang pantas saya banggakan," tegasnya.

Penyesalan Baz hanyalah tidak adanya kesempatan untuk menjajal motor dari tim pabrikan. Jika mendapatkannya, ia yakin bisa bersaing dengan para pembalap unggulan.

"Tidak menaiki motor dari tim papan atas menjadi penyesalan terbesar saya. Motor yang saya kendarai (Ducati Desmosedici GP15) adalah produk dua tahun lalu sehingga masalahnya sama seperti di tahun itu," ucap Baz yang memiliki postur 188 cm.

"Saya merasakan banyak kesulitan di motor tersebut. Itulah penyesalan saya karena tak punya motor yang bagus. Jika memilikinya, kita bisa melihat apa yang sebenarnya bisa saya lakukan," pungkasnya. 

Friday, December 22, 2017

Dapat Tawaran Tim Lain, Begini Jawaban Johann Zarco

Dapat Tawaran Tim Lain, Begini Jawaban Johann Zarco

Berita Seputar MotoGP - Pembalap Yamaha Tech 3, Johann Zarco, tampil apik sepanjang musim MotoGP 2017. Tak heran, banyak tawaran datang dari tim lain menjelang musim balap 2018.

Dengan status pendatang baru, Zarco sukses menggondol predikat Rookie of The Year 2017. Dia dua kali menjadi runner up yakni di GP Prancis dan GP Valencia 2017.

Salah satu tim yang berambisi mengamankan jasanya adalah KTM. Tim yang juga baru melakoni debut di MotoGP tersebut secara terang-terangan bermaksud memboyongnya di untuk musim depan.

"Saya senang karena tahun ini KTM telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Tapi saya lebih suka tidak membicarakan hal itu sekarang," kata Zarco saat disinggung tentang tawaran KTM. 

Jorge Lorenzo Bidik Gelar Juara Dunia Di MotoGP 2018

Jorge Lorenzo Bidik Gelar Juara Dunia di MotoGP 2018

Berita Seputar MotoGP - Meski tampil tidak kompetitif bersama Ducati di MotoGP 2017, Jorge Lorenzo berani mengutarakan target musim depan. Tidak tanggung-tanggung, Lorenzo bermaksud bersaing merebut gelar juara dunia.

"Ini adalah tahun pertama saya beradaptasi dengan tim. Motor baru, mesin baru, semua baru. Proses adaptasi berjalan sulit, tetapi menjelang akhir musim rasanya semakin mudah," kata Lorenzo, dikutip GPOne.

"Saya akan mencoba untuk meraih kemenangan perdana bersama Ducati. Tentu saja, saya juga akan berjuang, mencoba memenangi gelar juara dunia MotoGP 2018," kata Lorenzo.

Sekadar informasi, Lorenzo musim lalu hanya finis di posisi ketujuh di klasemen akhir pembalap MotoGP 2017. Lorenzo gagal mencicipi kemenangan, namun tiga kali finis di podium. 

Anak Didik Rossi Lebih Nyaman Gunakan Motor RC213V

Anak Didik Rossi Lebih Nyaman Gunakan Motor RC213V

Berita Seputar MotoGP - Anak didik Valentino Rossi, Franco Morbidelli, akan tampil di ajang MotoGP 2018 bersama tim Marc VDS. Dia mengaku nyaman dengan menggunakan motor Honda meski selama ini lebih banyak diperkenalkan motor Yamaha oleh Rossi.

Morbidello mendapat kesempatan menjajal motor Honda setelah dipastikan menjadi pembalap pengganti Esteve Rabat di Tim Marc VDS Honda. Dia telah menjalani ujicoba motor RC213V di Valencia dan Jerez.

"Saya nyaman di Honda. Saya rasa motor mereka ramah pada pembalap, dan berkat ini uji coba Valencia dan Jerez cukup mudah," kata Morbidelli, dikutip Marca.  

"Saya tak menganggapnya agresif atau sulit. Entah apakah Yamaha bakal lebih mudah bagi saya, tapi saya nyaman di Honda dan saya sangat menyukainya," lanjutnya.

Sekadar informasi, Morbidelli digadang-gadang mampu mengikuti jejak Johann Zarco yang bisa tampil sangat kompetitif pada musim perdananya berkiprah di MotoGP. 

Wednesday, December 20, 2017

Duet Dengan Rossi Sulit, Vinales Ogah Mengeluh


Berita Seputar MotoGP - Maverick Vinales gagal menjuarai MotoGP 2017. Di akhir persaingan, ia kalah dari Marc Marquez (Repsol Honda) serta Andrea Dovizioso (Ducati) yang menyandang status runner up.

Meski demikian, Vinales tetap bangga dengan musim pertamanya di Movistar Yamaha. Meski tak mudah, ia dapat pengalaman berharga khususnya saat diduetkan dengan pembalap sekelas Valentino Rossi.

"Jujur saja, memiliki rekan satu tim seperti Valentino Rossi merupakan sesuatu yang sulit. Namun kami mampu mengelola semuanya dengan baik. Kami saling menghormati dalam berbagai situasi dan itu sangat berarti penting," ujar Vinales yang dikutip dari Motorsport.

Sebelumnya Vinales sempat dikabarkan kecewa karena Yamaha tidak memberikan paket yang sesuai dengan keinginannya. Namun hal itu dibantah tegas oleh sang pembalap. Vinales merasa bahwa kegagalan Yamaha di musim ini akibat kalah strategi dari dua rivalnya.

"Ketika motornya bekerja, kami berdua ada di sana. Dalam balapan, bila yang satu memiliki hari yang baik maka yang lain juga turut merasakannya. Saya tidak menyalahkan Yamaha sebab tim sudah mendukung saya 100 persen," ucap Vinales.

"Honda dan Ducati melakukan pekerjaan yang lebih baik dan separuh lainnya karena kekurangan kami sendiri," tambahnya.

Inilah Alasan Marquez Sempat Tampil Kendur Di Awal Musim

Terungkap Alasan Marquez Sempat Tampil Kendur di Awal Musim

Berita Seputar MotoGP - Marc Marquez hanya memenangkan satu balapan dalam delapan race awal musim MotoGP 2017. Teknisi Repsol Honda membeberkan kunci keberhasilan Marquez dalam menemukan bentuk settingan motor yang pas.

Di musim 2017, Marquez keluar sebagai juara dunia setelah memenangkan enam balapan. Namun, lima race di antaranya berhasil dimenangkan setelah paruh kedua musim.

Chief Engineer di tim Marquez, Santi Hernandez, membeberkan alasan penampilan Si Bayi Alien tampil kendur di paruh pertama musim. Menurut dia, Honda melakukan perubahan mesin secara signifikan di awal musim.

"Honda melakukan perubahan mesin menjadi lebih halus. Marc perlu mengerti (beradaptasi) meski dia merasa tidak cepat (di awal musim). Apalagi ada aturan tentang perangkat elektronik," kata Hernandez.

"Karena perangkat elektronik kami benar-benar kesulitan di awal musim lalu. Ketika kami memahami perangkat elektronik dan hubungannya dengan mesin, tim bisa menghadapi masalah," lanjut Hernandez. 

Didiagnosis Alami Gangguan Hati, Folger Jalani Diet Khusus

Didiagnosis Alami Gangguan Hati, Folger Jalani Diet Khusus

Berita Seputar MotoGP - Yamaha Tech3 mengonfirmasi bahwa Jonas Folger didiagnosis menderita Sindrom Gilbert atau kelainan genetik yang menyebabkan hati tidak dapat memeroses zat yang disebut bilirubin secara efektif. Saat ini pembalap asal Jerman tersebut tengah menjalani detoksifikasi dan pembersihan tubuh secara menyeluruh untuk membantu menyembuhkan gangguan pada hatinya, sehingga dia memerlukan diet khusus.

Tidak hanya mengalami gangguan pada hatinya saja, Folger telah merusak pita suaranya akibat kecelakaan di Aragon. Proses penyembuhannya bisa memakan waktu hingga dua tahun untuk sembuh total.

"Sangat melegakan bahwa sekarang kami memiliki pemahaman yang jelas tentang situasi dan bagaimana melangkah maju. Enam minggu terakhir ini sangat sulit bagi saya, tidak tahu apa yang terjadi atau mengapa tubuh saya seperti mati sepenuhnya," jelas Folger seperti dikutip dari GPUpdate, Senin (18/12/2017).

Folger mengakui jika dirinya telah mengalami masalah gangguan hati sejak 2011 lalu. Tapi saat itu ia selalu berhasil mengatasi setiap kali kambuh. Meskipun agak sedikit kaget ketika mendengar penjelasan dokter, namun dirinya merasa lega bisa mengetahui penyebab penyakit yang dialaminya tersebut.

"Saya bersyukur memiliki beberapa jawaban terkait penyakit saya. Saya mendapat banyak dukungan dari semua orang di media sosial, bukan hanya penggemar, tapi juga pesaing saya dan ini sangat berarti bagi saya. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang di Tech3 dan semua sponsor saya atas kepercayaan mereka kepada saya, dan pesan dukungan. Saya akan kembali dan lebih kuat dari sebelumnya, berjuang di puncak MotoGP," beber Folger. 

Bos Tim Yamaha Tech3 Beda Pendapat Dengan Rossi

Bos Tim Yamaha Tech3 Beda Pendapat dengan Rossi

Berita Seputar MotoGP - Bos tim Yamaha Tech3 Herve Poncharal memiliki pandangan yang bertolak belakang dengan Valentino Rossi. Hal ini terkait pernyataan juara dunia tujuh kali di kelas utama yang sedikit kontroversial dengan menyebut bahwa  prototipe motor M1 tahun ini lebih buruk ketimbang sebelumnya (2016).

Poncharal mengatakan Rossi sebenarnya tidak perlu membocorkan kelemahan motor yang ditungganginya tersebut. Sebab, secara tidak langsung dia memantau perkembangan Johann Zarco, yang sukses tampil cemerlang pada musim pertamanya di kelas utama MotoGP.

"Jika demikian, mereka akan langsung beralih ke versi 2016. Saya tidak tahu di mana kesalahannya, tapi tidak adil untuk menjelaskan hasil Johann yang kuat," ungkap Poncharal dikutip dari Speedweek, Senin (18/12/2017).

Poncharal menambahkan setiap kali dirinya mendengar keluhan bahwa Yamaha Tech3 memiliki paket yang lebih baik ketimbang pembalap pabrikan, pria asal Prancis itu selalu tertawa. Tentunya ini tidak masuk akal lantaran pembalap pabrikan memiliki spesifikasi yang berbeda dengan satelit.

"Saya selalu tertawa saat orang mengatakan bahwa kami memiliki paket yang lebih baik daripada pembalap pabrik. Pembalap pabrik memutuskan di Valencia untuk beralih ke mesin 2016. Karena mereka harus lebih cepat dari Johann, mengikuti logika ini. Padahal kami tidak memiliki mesin pabrik. Saya tidak hanya bermaksud motor, tapi juga frame, engine, damper dan aerodinamis," beber Poncharal.

Jorge Lorenzo Rekrut Pelatih Anyar Jelang MotoGP 2018

Jorge Lorenzo Rekrut Pelatih Anyar Jelang MotoGP 2018

Berita Seputar MotoGP - Pembalap Ducati, Jorge Lorenzo membuat manuver jelang bergulirnya musim balap MotoGP 2018. Dia merekrut Alex Debon sebagai pelatih baru untuk menyambut musim keduanya bersama Ducati.

Debon (41 tahun) telah melakoni 152 balapan di kelas 250cc (Moto2) pada 1998-2010. Dia mencetak dua kemenangan di kelas grand prix pada musim balap 2008.

Dikutip Motorsport, Debon sudah mulai bergabung bersama manajemen Lorenzo sejak balapan di GP Valencia 2017 lalu. Dia juga ikut dalam uji coba di Sirkuit Jerez.

Untuk saat ini, Michele Pirro masih bertugas sebagai pelatih Lorenzo sekaligus pembalap penguji Ducati. Namun, di waktu mendatang tidak ada jaminan Pirro untuk tetap bertahan di tim asal Italia itu. 

Sunday, December 17, 2017

Soal Performa Musim 2017, Maverick Vinales Salahkan Diri Sendiri Dan Tim

Soal Performa Musim 2017, Maverick Vinales Salahkan Tim

Berita Seputar MotoGP - Maverick Vinales membeberkan alasan timnya gagal bersinar di MotoGP 2017. Menurut Pembalap Tim Movistar Yamaha itu, kesalahan terdapat pada timnya.

Vinales yang sempat merebut pole position di San Marino dan Aragon gagal memenangkan satu pun balapan di musim 2017. Begitupun rekan satu timnya, Valentino Rossi, yang gagal memenangkan gelar juara dunia.

Selain karena timnya gagal menciptakan settingan motor yang kompetitif, kondisi balapan musim lalu juga diperparah dengan kecemerlangan tim Repsol Honda. Sehingga, menurut Vinales semua faktor saling mempengaruhi.

"Saya tidak ingin memarahi tim dan saya hanya ingin memberikan penampilan 100%. Tidak ada yang berubah sejak hari pertama. Jika tahun ini berjalan seperti ini, saya akan mengatakan (kegagalan ini) adalah karena penampilan rider dari dua tim (Honda dan Ducati) dan sisanya disebabkan oleh saya dan juga tim," kata Vinales.

"Saya pikir memiliki Rossi sebagai rekan satu tim akan lebih rumit. Kami melakukan semuanya dengan baik, kami saling menghormati satu sama lain dan ini mengingat situasi sulit yang kami hadapi itu sangat berarti," lanjut Vinales.

Pembalap Yamaha Cetak Rekor Pribadi Di Afrika Selatan

Pembalap Yamaha Cetak Rekor Pribadi di Afrika Selatan

Berita Seputar MotoGP - Sirkus MotoGP sedang menghabiskan liburan bersama teman, kekasih, dan keluarga setelah disibukkan dengan jadwal tes privat di Jerez (Spanyol), Valencia (Spanyol), maupun Sepang (Malaysia). Tapi beda halnya dengan Maverick Vinales.

Rekan setim Valentino Rossi ini sepertinya tidak bisa jauh dari lintasan pacuan kuda besi. Bahkan Vinales rela terbang ke Afrika Selatan hanya untuk mengikuti acara Yamaha R World.

Sontak, kehadiran Vinales di Sirkuit Kyalami International Race Track, telah menempatkan namanya sebagai pembalap pertama MotoGP yang menjajal lintasan sepanjang 4,2 km tersebut. Acara yang belum lama ini digelar diawali dengan sesi tes pribadi, dilanjutkan dengan enam putaran penuh.

Pada event kali ini, Vinales bergabung dengan pembalap Yamaha Superbike dan Supersport lokal. Ditambah, sepuluh orang pelanggan Yamaha. Sepuluh pelanggan yang beruntung itu diizinkan bergabung dalam acara dengan mengendarai kuda besi YZF-R1 dan YZF-R6.

Seperti dikutip dari Roadracingworld, Jumat (15/12/2017), bintang MotoGP itu sangat menikmati acara pengenalan trek dan juga melihat para pelanggan Yamaha yang belajar mengendarai motor. Setelah acara dia membagikan tanda tangan ke penggemar dan setelah selesai, dia menikmati Cape Town yang cerah untuk mengakhiri perjalanan

"R World Riding Experience sangat bagus! Saya sangat menyukai mengendarai motor ini. Saya telah menikmati masa tinggal saya di Afrika Selatan dan mengendarai motor di Jalur Balapan Internasional Kyalami. Orang-orang yang saya temui di sini hebat dan kami bersenang-senang. Banyak penggemar datang ke sini, saya sangat senang dan saya menghargai para penggemar dan juga dukungan dari staf. Saya sangat senang berada di sini dan saya pasti ingin kembali. Treknya sangat bagus, ini seperti trek gaya sekolah tua dan saya menikmati naik YZF-R1," kenang Vinales.

Friday, December 15, 2017

Anak Didik Valentino Rossi Pasang Target Di MotoGP 2018

Anak Didik Valentino Rossi Pasang Target di MotoGP 2018

Berita Seputar MotoGP - Anak didik Valentino Rossi, Franco Morbidelli, akan melakoni debut sebagai pembalap MotoGP 2018. Di kelas utama, Morbidelli berencana menyabet predikat 'debutan terbaik'.

Morbidelli akan tampil di kelas utama bersama tim balap Marc VDS. Dia mengusung target besar dengan membidik gelar Rookie of The Year 2018.

"Tahun pertama MotoGP adalah mengejar gelar Rookie of the Year," kata Morbidelli, dikutip Speedweek.

Morbidelli mengatakan dia tidak sendirian dalam perburuan gelar tersebut musim depan. Pasalnya, ada pula Takaaki Nakagami, Thomas Luthi dan Xavier Simeon yang baru promosi dari Moto2.

"Saya berencana membangun kepercayaan diri dan kepercayaan dari tim. Setelah balapan perdana, saya akan mengetahui level saya," lanjutnya.

Thursday, December 14, 2017

Yamaha Menolak Disebut Gagal Di MotoGP 2017

Yamaha Menolak Disebut Gagal di MotoGP 2017

Berita Seputar MotoGP - Penampilan duo Movistar Yamaha, Maverick Vinales dan Valentino Rossi di MotoGP 2017 terbilang sangat mengecewakan. Dari 18 seri, hanya empat kemenangan yang bisa diraih oleh keduanya.

Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya menjadi milik Vinales. Pembalap kebangsaan Spanyol itu menjuarai balapan di Qatar, Argentina, serta Prancis. Sementara Rossi hanya memenangkan lomba di Belanda.

Meski demikian, kubu Yamaha enggan disebut gagal. Mereka tetap puas karena ini hasil terbaik di tengah keterpurukan.

"Setidaknya kami memiliki Vinales yang finis di peringkat tiga kejuaraan. Jadi ini bukan sesuatu yang mengkhawatirkan. Secara keseluruhan kami dapat memenangkan empat perlombaan dan tiga jadi milik Vinales di awal musim," ucap Lin Jarvis selaku Direktur Teknik Yamaha Racing.

"Pada tes di musim dingin lalu kami memang sangat kuat. Kami juga menang tiga kali dalam lima perlombaan awal. Tapi kami mengalami kesulitan dan ini tidak diharapkan sama sekali. Kami terus berusaha untuk menyelesaikan masalah. Kami coba mengatasi keluhan grip yang rendah dengan mengganti sasis dan terus memperbaiki berbagai hal," jelasnya pada Crash.

Pada kesempatan yang sama, Jarvis juga memberikan pujian untuk Johann Zarco. Sebagai pendatang baru di pentas MotoGP, Zarco sukses memperlihatkan aksi terbaik dan mampu finis di peringkat enam klasemen akhir.

"Johann Zarco adalah pendatang baru terbaik. Memenangkan balapan dengan tim satelit merupakan suatu kebanggaan buat kami. Ini menunjukkan bahwa kami punya dasar yang bagus. Kami harus tetap maju jika ingin mengalahkan semua pesaing," tegas Jarvis.

Musim 2017 lalu, Zarco tiga kali naik podium. Pembalap Monster Yamaha Tech 3 itu finis tiga terdepan di GP Prancis, Malaysia dan Valencia.

Marc Marquez Pembalap Terhebat Dalam Karier Livio Suppo

Marc Marquez Pembalap Terhebat Dalam Karier Livio Suppo

Berita Seputar MotoGP - Livio Suppo resmi berpisah dengan Honda Racing Corporation (HRC). Pria kebangsaan Italia itu meletakkan jabatannya sebagai pemimpin Team Principal, Direktur Komunikasi dan Pemasaran HRC yang sudah disandangnya selama beberapa tahun terakhir.

Bersama Honda, Suppo mencapai puncak keemasan kariernya karena membawa dua pembalap juara yakni Casey Stoner dan juga Marc Marquez. Stoner berjaya pada musim 2011. Sedangkan Marquez jadi yang terbaik di MotoGP 2013, 2014, 2016 dan 2017.

Ketika disuruh memilih pembalap mana yang lebih baik, Suppo dengan tegas menunjuk Marquez. Menurutnya The Baby Alien punya bakat yang sangat istimewa.

"Tak perlu diragukan lagi siapa yang akan saya pilih, tentu saja Marc (Marquez). Bukan karena sekarang dia bekerja untuk HRC, tapi karena bakatnya memang benar-benar spesial," ucap Suppo pada Crash.

"Casey (Stoner) juga memiliki bakat yang besar. Namun bakat Marc mungkin agak mirip dan bekerja dengannya selalu menyenangkan," tambahnya.

Sayangnya tahun depan Suppo tak lagi bekerja sama dengan pembalap favoritnya tersebut. Ia memilih mundur dengan alasan ingin mencari tantangan baru.

"Jadi suatu kehormatan yang besar dapat bekerja sama dengan HRC selama delapan tahun. Ini adalah pengalaman profesional yang hebat, dan saya akan selalu berterima kasih kepada perusahaan karena telah meminta saya untuk menjadi bagian dari tim ini," tutur Suppo yang dilansir laman resmi Honda beberapa waktu lalu.

"Setelah 22 tahun berada di dunia balap motor, sudah saatnya saya mencari tantangan yang baru. Saya meninggalkan HRC karena mengetahui bahwa pada 2018 mereka akan kompetitif, karena Marc dan Dani sangat kuat serta para insinyur akan selalu menyiapkan paket yang bagus bagi mereka untuk memperjuangkan gelar juara lagi. Saya tidak akan pernah melupakan semua hari-hari indah yang kita jalani bersama, dan sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang di tim HRC karena telah berbagi tahun-tahun menyenangkan ini dengan saya," pungkasnya.

Ini Penyesalan Vinales Di MotoGP 2017

Ini Penyesalan Vinales di MotoGP 2017

Berita Seputar MotoGP - Maverick Vinales gagal menjuarai MotoGP 2017. Di akhir persaingan, pembalap Movistar Yamaha itu kalah saing dengan Marc Marquez dan Andrea Dovizioso.

Bicara pada Motorsport.com, Vinales mengakui bahwa penampilannya tidak konsisten khususnya saat persaingan memasuki paruh kedua musim. Ia menyesal lantaran kurang komunikatif dengan tim mekanik dan lebih percaya pada pendapat orang lain.

"Semua harus menanggung kesalahan. Seharusnya saya lebih keras dalam meminta sesuatu pada tim sebab semua ditentukan sesuai feeling saya bukan orang lain," ucapnya.

"Bukannya mereka tidak mendengarkan saya, tapi kami belum berhenti melakukan pengujian dan akhirnya menjadi bingung. Mungkin salah satu kesalahan saya adalah tidak melanjutkan penggunaan sasis lama," tambahnya.

Pembalap muda kebangsaan Spanyol ini sempat membuat kejutan saat merebut tiga podium tertinggi dari lima balapan pertama musim 2017. Vinales bahkan sudah meyakinkan publik berkat aksi memukaunya selama tes pramusim.

Namun banyak hal yang tidak berjalan sesuai dugaan di paruh kedua kompetisi. Vinales akhirnya harus puas menempati peringkat tiga klasemen.

"Sampai pada batasan tertentu, jalannya musim ini menurut saya tetap bagus. Di paruh pertama nilai kami sembilan (dari 10) dan di paruh kedua mungkin hanya empat. Jika tidak tampil bagus di awal musim ini, tak mungkin saya finis di peringkat tiga klasemen," ujarnya. 

Tuesday, December 12, 2017

Dovizioso Ungkap Kesulitannya Untuk Jadi Teman Dekat Rossi


Berita Seputar MotoGP - Andrea Dovizioso mengatakan bahwa ia kesulitan untuk bisa mendekati seorang Valentino Rossi. Faktor kesamaan negara rupanya tidak bisa menjadikan mereka sebagai teman yang akrab. Namun Dovizioso merasa bahwa mereka seharusnya menjadi teman dekat.

Pembalap Ducati Corse, Andrea Dovizioso mengungkapkan bahwa dirinya dan Valentino Rossi bukanlah teman dekat. Menurut Dovizioso menjadi teman dekat seorang Rossi bukanlah hal yang mudah, meski kenyataannya mereka berasal dari negara yang sama.

Dovizioso sebelumnya pernah menyatakan bahwa untuk menjalin hubungan dekat di luar MotoGP dengan Rossi sangatlah sulit. Dovizioso kembali menegaskan pernyataannya itu dalam sebuah wawancara bersama Radio 1.

"Bila kalian bukan bagian dari akademi atau tim VR46, maka akan sedikit sulit untuk mendekati Rossi. Hal itu bukan karena dia membuat masalah, namun karena banyak orang yang ingin selalu hidup dekat dengan dirinya," ujar pebalap asal Italia tersebut.

Padahal Dovizioso dan Rossi sendiri telah bersama di kelas utama MotoGP sejak 2008 hingga saat ini, namun tetap saja tidak mudah untuk memiliki hubungan akrab dengan seorang The Doctor.

Meski begitu, Dovizioso merasa bahwa dirinya dan Rossi sebenarnya mempunyai banyak kesamaan yang seharusnya bisa menjadikan mereka teman akrab.

"Tanpa segala aspek tersebut, saya rasa kami sejatinya bisa menjadi teman yang sangat akrab. Kami memiliki gairah yang besar untuk berkompetisi dan juga dalam hal menunggangi motor," ucap Dovizioso.

Rossi juga sebelumnya pernah memberikan komentarnya untuk Dovizioso. Rossi menilai pembalap Ducati tersebut memiliki kepribadian yang menarik dan Rossi pun menaruh rasa hormatnya pada rider 31 tahun tersebut.

Vinales Takut Rossi Pensiun Dari MotoGP


Berita Seputar MotoGP - Pesona Valentino Rossi tidak hanya berlaku pada para penggemar MotoGP melainkan juga kepada para pembalap di MotoGP. Sehingga banyak pembalap merasa takut jika harus melihat Rossi Pensiun. Salah satunya adalah pembalap asal Spanyol.

Pembalap Movistar Yamaha, Maverick Vinales mengakui bahwa ia khawatir melihat rekan setimnya, Valentino Rossi, pensiun. Vinales ingin melihat Rossi membalap lebih lama lagi di MotoGP.

Spekulasi mengenai pensiunnya Rossi dari MotoGP memang banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Terlebih lagi usai The Doctor gagal bersaing dalam perebutan gelar juara MotoGP 2017. Banyak pihak menilai Rossi sudah tidak mampu bersaing dengan para pembalap yang lebih muda, seperti Marc Marquez dan Vinales. Rossi diprediksi akan pensiun pada akhir musim 2018.

Meski begitu, banyak juga yang menilai bahwa Rossi masih berada di level tertinggi dan masih mampu bersaing untuk meraih gelar juara dunia. Usianya yang sudah 38 tahun nyatanya belum membuat seorang Rossi menyerah, gairah balapnya masih begitu besar dan tidak terlihat menyurut sama sekali.

Sebagai pembalap senior, pesona Rossi memang bisa memukau banyak pihak. Sehingga banyak yang merasa takut jika Rossi akhirnya pensiun dari MotoGP. Tidak hanya fans yang takut kehilangan, beberapa pembalap MotoGP pun merasa demikian. Salah satunya adalah rekan Rossi di Yamaha, yaitu Vinales.

"Tentu saya ingin Vale terus melanjutkan perjalanan kariernya sebagai seorang pembalap profesional. Terlebih, ia merupakan pembalap yang telah banyak berkontribusi pada MotoGP dan dunia balap," ujar Vinales seperti dilansir dari AS, Jum'at (08/12).

Menurut Vinales, Rossi masih berada dalam performa yang fantastis ketika di atas lintasan. Pembalap 22 tahun itu juga berharap agar Rossi bisa bertahan lebih lama di MotoGP.

"Jadi merupakan hal yang benar-benar sangat penting untuk terus melihatnya berada di lintasan. Ia juga masih di level fantastis, selalu membantu kami memperbaiki performa. Ia punya pengaruh yang besar dan bakal penting bila Ia bertahan lebih lama," tutupnya

Monday, December 11, 2017

Wacana Motor Listrik Disambut Negatif Bos Tim Balap MotoGP

Wacana Motor Listrik Disambut Negatif Bos MotoGP

Berita Seputar MotoGP - Rencana menggelar balapan motor listrik tidak menuai tanggapan bagus dari bos tim balap MotoGP. Bahkan, sejumlah petinggi menyindir wacana tersebut.

Tanggapan tersebut muncul saat perwakilan Honda, Ducati, Suzuki, KTM dan Aprilia melakukan pertemuan. Salah satunya hadir direktur tim Repsol Honda, Livio Suppo.

"Jika ada kelas khusus listrik, tidak apa-apa. Tapi saya sudah berusia 53 tahun dan saya rindu suara mesin," kata Suppo disambut gelak tawa perwakilan tim lain.

Hal senada diutarakan Direktur Tim Ducati MotoGP, Paolo Ciabatti. Menurutnya, rencana penggunaan tenaga listrik pada MotoGP tidak membuat balapan semakin menarik.

"Saya juga sudah berusia 60 tahun, jadi akan lebih buruk. Saya butuh kebisingan," kata Ciabatti.

Dalam pertemuan tersebut, hadir pula Direktur KTM Pit Beirer dan manajer tim Suzuki Davide Brivio. Keduanya juga tidak antusias menyambut rencana penggunaan kelas listrik di MotoGP. 

Soal Kontrak Baru, Marquez Berharap Negosiasi Ulang


Berita Seputar MotoGP - Marc Marquez berharap bisa melakukan negosiasi ulang saat membicarakan mengenai kontrak baru pada tahun depan. Hal itu disampaikannya mengingat ada beberapa tawaran menggiurkan dari beberapa tim.

Tim KTM sempat dilaporkan bakal memberikan gaji fantastis untuk Marquez jika juara dunia MotoGP 2017 mau menunggangi kuda besi mereka pada 2019. Namun spekulasi itu dibantah bos KTM Stefan Pierer.

Pierer menegaskan tidak akan melakukan negosiasi dengan Marquez lantaran tim KTM sudah punya kandidat pembalap yang bakal berada di garasi mereka pada 2019. Tapi bukan berarti The Baby Alien tidak layak berada di tim asal Austria tersebut.

Buktinya, dalam lima musim, Marquez mampu mengumpulkan empat gelar juara dunia di kelas utama MotoGP pada musim 2013, 2014, 2016, dan 2017. Karenanya, Marquez berharap dapat melakukan negosiasi ulang saat membicarakan kontrak baru.

"Semuanya dinegosiasikan ulang. Tentu saja, saya juga berbicara dengan tim dan pabrikan lain, tapi saya tidak akan pernah lupa bahwa Honda memberi saya kesempatan untuk masuk ke kelas MotoGP. Mereka memberi saya perasaan yang saya butuhkan sekarang," jelas Marquez seperti dikutip dari Speedweek, Sabtu (9/12/2017). 

Marquez Waspadai Zarco dan Lorenzo Di MotoGP 2018

Marquez Waspadai Zarco dan Lorenzo di MotoGP 2018

Berita Seputar MotoGP - Marc Marquez belum bisa memberikan penjelasan mengenai siapa yang bakal menjadi pesaing terberatnya di musim depan. Namun begitu, ada dua nama yang mulai diwaspadai juara dunia MotoGP 2017, yakni Johann Zarco dan Jorge Lorenzo.

Sikap yang ditunjukkan Marquez cukup beralasan mengingat pembalap Repsol Honda itu mendapat perlawanan yang sengit pada tahun ini. Karena gelaran kuda besi sudah tidak lagi merujuk pada beberapa nama seperti Valentino Rossi, Maverick Vinales, Jorge Lorenzo, dan Dani Pedrosa saja.

Itu dibuktikan ketika Andrea Dovizioso mampu tampil impresif sepanjang 18 balapan terakhir. Belum lagi jika membahas mengenai aksi Zarco di lintasan kuda besi.

Zarco merupakan satu-satunya pembalap debutan yang bersinar di tahun ini. Bukti bahwa joki Yamaha Tech3 tampil cemerlang di kelas utama adalah dia berhasil naik podium sebanyak tiga kali di Le Mans (Prancis), Sepang (Malaysia), dan Valencia (Spanyol).

Keberhasilan itulah yang mengantarkan Zarco menerima penghargaan Rookie of the Year. Sehingga tak salah jika Marquez sangat mewaspadai pembalap asal Prancis tersebut.

"Untuk lawan tahun depan, saya tidak bisa menyebutkan satu nama pun. Saya telah belajar musim ini, Anda harus memiliki semua pembalap dalam daftar pesaing. Saya tidak berpikir bahwa Dovizioso akan begitu kuat di musim ini, itu sebabnya saya berharap bisa melihat Dovizioso, Vinales, Rossi dan Pedrosa pada 2018. Tapi juga untuk mengawasi Zarco dan Lorenzo," kata Marquez seperti dikutip dari Speedweek, Sabtu (9/12/2017). 

Sunday, December 10, 2017

Bos Ducati Bicara Masalah Desmosedici Dan Peran Lorenzo

Bos Ducati Bicara Masalah Desmosedici dan Peran Lorenzo

Berita Seputar MotoGP - Tim Ducati Corse mulai berbenah menghadapi gelaran MotoGP 2018. Kepala Teknik Ducati, Gigi Dall'Igna, menegaskan pihaknya sudah mengetahui kelemahan yang dihadapi dua pembalapnya yakni Andrea Dovizioso dan Jorge Lorenzo.

Kelemahan yang dimaksud Dall'Igna pada Desmosedici GP17 terletak pada sasisnya. Karena itu, Pabrikan Italia ingin melakukan perombakan besar-besaran untuk meningkatkan kecepatan motor sebelum sirkus MotoGP tampil di tahun depan.

"Sepeda motor kami memiliki beberapa poin bagus, kekuatannya luar biasa. Tapi di daerah lain, seperti di tengah kurva, kita mengalami beberapa masalah. Kami punya beberapa ide yang kami uji di Valencia dan Jerez untuk mengurangi kesulitan tersebut. Tentu saja kami mengerjakan semua aspek mesin termasuk mesin, peralatan elektronik dan sebagainya," ungkap Dall'Igna seperti dikutip dari Speedweek, Sabtu (9/12/2017).

Dall'Igna menambahkan, sejauh ini Desmosedici GP17 sudah mengalami kemajuan yang pesat, terutama pada bagian elektronik. Sekarang fokus utama Ducati Corse menghadapi MotoGP 2018 adalah memperbaiki masalah di tengah kurva.

"Pada tahun 2017, kami memiliki banyak masalah atau setidaknya terjadi di dua balapan. Itu sebabnya, kami harus melakukan sesuatu. Kurasa masalah utamanya di sini adalah sasisnya," tambah Dall'Igna.

Pada bagian akhir, Dall'Igna menyimpulkan tentang kontribusi Lorenzo selama memulai debutnya bersama Ducati di musim ini. Menurutnya, setiap informasi yang diberikan juara dunia tiga kali di kelas utama MotoGP sangat besar dalam pengembangan motor Desmosedici.

"Saya senang dengan umpan balik mengenai masalah teknis yang diberikan Jorge kepada kami sepanjang musim ini. Bagian dari perkembangan kami selama musim 2017 dimungkinkan karena memberi kami umpan balik. Jumlahnya di sisi teknis sangat penting," tegas Dall'Igna. 

Dua Tahun Lagi Alex Marquez Ingin Susul Sang Kakak Ke MotoGP


Berita Seputar MotoGP - Alex Marquez tertantang merasakan persaingan di pentas MotoGP. Hal ini ia rasakan usai melakukan tes tertutup di Sirkuit Jerez, Spanyol, 22-24 November 2017 lalu.

Dalam kesempatan tersebut, Marquez menunggangi motor Marc VDS Honda. Berkaca dari pengalamannya, ia langsung tertantang untuk mengikuti jejak sang kakak, Marc Marquez yang sudah lebih dulu terjun di persaingan MotoGP.

"Pada akhirnya pengalaman ini dapat memotivasi saya. Saya ingin mencobanya dan pindah ke MotoGP di tahun 2019 nanti," ungkap Marquez yang dikutip dari Crash.

"Sekarang saya masih harus fokus untuk tes musim dingin. Saya juga akan melakukan tes bersama tim Moto2. Pengalaman menyenangkan ini terpaksa harus saya lupakan untuk sementara waktu," tambahnya.

Soal kemampuan, Alex Marquez tidak kalah dari sang kakak. Pada 2014 lalu, ia berhasil menjuarai ajang Moto3 dengan Estrella Galicia Honda. Kini Marquez melanjutkan kariernya bersama tim Marc VDS. Musim lalu pemuda 21 tahun ini sukses menempatkan dirinya di posisi empat klasemen Moto2. 

Saturday, December 9, 2017

MotoGP Malaysia Terpilih Sebagai Grand Prix Terbaik 2017

MotoGP Malaysia Terpilih Sebagai Grand Prix Terbaik 2017

Berita Seputar MotoGP - MotoGP Malaysia terpilih sebagai balapan terbaik di tahun ini. Pemilihan tersebut berdasarkan penilaian yang dilakukan Dorna (penyelenggara MotoGP), FIM (Federasi Balap Motor Dunia), MSMA (asosiasi produsen) dan IRTA (asosiasi tim).

Sejumlah faktor mulai dari manajemen, fasilitas dan atmosfer balapan menjadi bahan penting dalam penilaian. Ini yang membuat MotoGP Malaysia dianggap lebih menarik dari 17 seri lainnya.

"Bagi kami ini sebuah kehormatan. Ini menunjukkan dedikasi, kompetensi dan kemampuan kami dalam menyelenggarakan event internasional yang sudah diakui oleh Dorna dan FIM," kata CEO Sirkuit Internasional Sepang, Dato Razlan Razali.

"Ada 18 sirkuit dan promotor di musim ini. Lalu kami terpilih (sebagai yang terbaik). Ini tentunya kabar bagus untuk Malaysia terutama penggemar MotoGP. Ini juga bakal meningkatkan semangat semua staf di Sirkuit Internasional Sepang," tuturnya yang dikutip dari Crash.

Pada MotoGP Malaysia 2017, tercatat 166.486 penonton yang hadir langsung di Sirkuit Internasional Sepang. Jumlah ini mengalahkan total penonton di tahun sebelumnya yang mencapai 161.533.

Balapan di lintasan 5,5 Km ini akhirnya dimenangkan oleh Andrea Dovizioso dari tim Ducati. Ia menuntaskan 20 lap dengan catatan waktu terbaik, 44 menit 51.497 detik. Dovizioso unggul 0,7 detik dari Jorge Lorenzo di posisi dua dan 9,7 detik dari Johann Zarco yang finis di urutan ketiga.


Prediksi Lorenzo Soal Ducati Di Musim Balap MotoGP 2018

Ramalan Lorenzo Soal Ducati di Musim Balap MotoGP 2018

Berita Seputar MotoGP - Jorge Lorenzo menyebut musim debutnya bersama Ducati di MotoGP 2017 berlangsung kurang memuaskan. Pasalnya, ada sejumlah kendala mesin yang membuat penampilannya kurang optimal.

Masalah-masalah tersebut, kata Lorenzo, seharusnya tidak muncul lagi di musim balap MotoGP 2018. Sebab, jika kendala serupa datang, Ducati kembali tidak akan bisa memenangkan kejuaraan.

"Jika tahun depan kami menemukan masalah yang sama seperti di tahun 2017, maka tidak ada alasan lain (untuk memenangkan kejuaraan)," kata Lorenzo, dikutip Crash.net.

"Dengan kondisi Yamaha dan Honda yang tahu kapan masalah muncul, kami juga harus banyak perbaikan untuk bersaing," lanjutnya.

Soal motor, Ducati diprediksi akan terus mengembangkan Desmosedici sebagai motor gahar yang punya kecepatan luar biasa di lintasan lurus. Berbagai fitur telah mereka kembangkan untuk membuat Desmosedici juga ganas di tikungan. 

Thursday, December 7, 2017

Penampakan Isi Kotak Misterius Di Motor Pembalap Ducati

Penampakan Isi Kotak Misterius di Motor Pembalap Ducati

Berita Seputar MotoGP - Sepuluh bulan sejak debut Desmosedici GP17 di Sirkuit Sepang, isi kotak misterius di motor tersebut akhirnya terungkap. Isi kotak tersebut terlihat setelah kecelakaan dialami Danilo Petrucci saat tes tertutup.

Dikutip Crash.net, penampakan isi kotak yang dikenal dengan 'Salad Box' tersebut tersiar ke publik setelah Petrucci mengalami kecelakaan di Sirkuit Jerez, Spanyol. Dalam kecelakaan tersebut, bagian ekor motor Petrucci rusak sehingga isi 'Salad Box' bisa terlihat.

Secara kasat mata, isi 'Salad Box' terdiri dari perangkat elektronik yang dilapisi serat karbon. Tidak ada keterangan dari Ducati terkait penampakan isi 'Salad Box' tersebut, namun seorang pakar otomotif meyakini bahwa perangkat itu merupakan giroskop atau peredam getaran.

Dugaan isi 'Salad Box' adalah peredam getaran sebetulnya didasari pada fakta keberhasilan Andrea Dovizioso bermanuver ekstrem saat keluar tikungan di beberapa balapan musim 2017. Perangkat tersebut diduga sebagai kunci kestabilan motor pembalap Ducati di MotoGP.

Sayangnya, ketika dikonfirmasi Crash.net terkait hal itu pihak Ducati MotoGP hanya mengatakan maaf. Seorang sumber bahkan menyebut bahwa penampakan isi 'Salad Box' sama sekali tidak menjelaskan fungsi dari perangkat canggih.

"Jujur saja, berdasarkan gambar saya tidak berpikir ada (orang di luar Ducati) yang mengetahui secara persis apa itu Salad Box," kata Sumber, dikutip Crash.net, Rabu (6/12/2017).

'Salad Box' merupakan perangkat istimewa Ducati yang dipersiapkan untuk bersaing menghadapi tim kuat di lintasan MotoGP. Bukan tidak mungkin, 'Salad Box' akan menjadi kunci kesuksesan pembalap Ducati di musim balap mendatang.

Marc Marquez Ingin Lanjutkan Mimpi Di Musim 2018

Marc Marquez Ingin Lanjutkan Mimpi di Musim 2018

Berita Seputar MotoGP - Marc Marquez bersemangat untuk memulai musim 2018. Ia bertekad meneruskan mimpi dan menikmati balapan tanpa mau memikirkan soal catatan rekor apapun.

Usai memastikan menjadi juara dunia MotoGP 2017 di Valencia, pembalap Honda itu berhasil mencatat sejumlah rekor. Salah satu rekor fenomenal yang berhasil dibukukan adalah pembalap muda peraih gelar juara dunia.

Semua torehan prestasi ini tak begitu membuatnya besar kepala. Ia mengatakan tak mau terbebani soal angka-angka tersebut.

"Jujur, saya tak mau memikirkan soal angka atau soal nama apalagi tentang batas. Saya hanya ingin menikmati. Saya sedang bermimpi dan akan meneruskan mimpi itu," ucapnya dilansir Crash, Rabu (6/12/2017).

"Ini adalah momen indah. Saya masih 24 tahun dan sekarang berada di dunia yang saya impikan sejak usia lima tahun. Saya sangat senang dan bangga," imbuh Si Bayi Alien.

Marquez tak melupakan kalau capaian prestasinya itu adalah kerja tim. "Saya punya tim yang bagus. Semuanya sangat baik dalam hidup saua. Jadi saya akan tetap menikmati."

Namun Marquez tak mau larut dalam kesenangan menyandang gelar juara dunia. Sebab menurutnya gelar tersebut akan berakhir sampai Desember ini. "Januari kami akan memulai musim baru. Saya harap bisa bertarung lagi seperti ini." 

Valentino Rossi Bicara Calon Penerus Di Tim Yamaha

Valentino Rossi Bicara Calon Penerus di Tim Yamaha

Berita Seputar MotoGP - Valentino Rossi bicara soal calon penerusnya di tim balap Movistar Yamaha yakni Johann Zarco. Meski belum resmi, Zarco digadang-gadang bakal mengisi kursi pembalap tim berlogo garpu tala.

Dalam wawancara bersama radio Italia, Rossi menyebut Zarco memiliki gaya balapan yang agresif. Untuk usia Zarco yang masih muda, Rossi optimis pembalap tersebut punya masa depan cerah.

Lebih jauh Rossi mengibaratkan gaya balap Zarco seperti pembalap Formula 1, Max Verstappen. Selain sama-sama masih muda, kata Rossi, kedua pembalap tersebut sangat ngotot di lintasan balap.

"Verstappen seperti Zarco. Tidak satu pun dari mereka yang suka mengerem. Anda harus berada di samping mereka ketika mereka ngebut," kata Rossi, dikutip Crash.net.

Masa depan Rossi bersama Tim Movistar Yamaha memang menjadi perbincangan hangat setelah musim 2017 berakhir. Pembalap 38 tahun itu diprediksi akan pensiun akhir musim 2018 dan penerusnya adalah Zarco. 

Wednesday, December 6, 2017

Rossi : Saya Tak Ada Di MotoGP, Ibarat Piala Dunia Tanpa Italia

Rossi : Saya Tak Ada di MotoGP, Ibarat Piala Dunia Tanpa Italia

Berita Seputar MotoGP - Valentino Rossi menegaskan dirinya masih pikir-pikir dari MotoGP. Bahkan ia berujar gelaran MotoGP akan sepi tak ubahnya Piala Dunia tanpa hadirnya Italia.

Banyak yang menduga, pembalap Yamaha itu akan tak lama akan segera pensiun. Penyebabnya sudah sama-sama diketahui performa The Doctor mulai melemah.

Musim 2017, Rossi gagal menunjukkan penampilan terbaiknya. Ia kalah bersaing dengan Marc Marquez yang jadi juara dunia dan Maverick Vinales yang sekarang jadi rekan setimnya.

Jika melihat grafik penampilan ke belakang, musim ini memang yang paling kurang mengenakan seperti diakui Rossi dalam wawancara dengan Marca, Selasa (5/12/2017). Ia pun merasa takut jika memikirkan soal pensiun.

Kalau pun akhirnya ia tak lagi tampil di lintasan MotoGP, Rossi sudah mempunyai sejumlah rencana. Setidaknya ia sudah mencoba tampil di ajang  Monza Rally Show 2017.

Tak main-main, Rossi keluar sebagai juara. Perlu dicatat jika gelar ini bukan yang pertama sebab Rossi sudah meraihnya sebanyak enam kali sejak 2006 lalu. 

"Saya pikir, saya masih punya 10 tahun lagi untuk melanjutkan karier. Saya ingin melengkapinya dengan tampil balap 24 jam di Le Mans," ujarnya.

Lorenzo Nilai Rem Belakang Ducati Buruk

Lorenzo Nilai Rem Belakang Ducati Buruk

Berita Seputar MotoGP - Kecepatan kuda besi tim Ducati Corse sudah tak perlu diragukan lagi. Tapi ada satu masalah yang perlu diperbaiki saat Desmosedici mengaspal di lintasan MotoGP 2018.

Jorge Lorenzo menjelaskan masalah yang dihadapi Ducati Corse saat ini adalah pengereman. Dalam beberapa kesempatan X-Fuera menuturkan bahwa rem belakang sangat menentukan banyak perbedaan pada bagian motor.

Lorenzo kemudian membandingkan sistem pengeraman Ducati dengan Yamaha. Menurutnya, kuda besi YZR-M1 jauh lebih baik ketimbang Desmosedici GP17.

Kendati demikian, Lorenzo menampik telah mengganti gaya balapan demi menyesuaikan dengan karakterisik motor Ducati. "Saya menemukan banyak perbedaan pada motor, saya menggunakan rem belakang dan sulit untuk mengatasinya. Sementara Yamaha jauh lebih stabil pengereman, tapi selain itu, gaya mengemudi pada umumnya sama karena setiap pembalap memiliki gayanya sendiri dan tidak mungkin mengubahnya,"

Permasalahan inilah yang menyebabkan Lorenzo gagal memulai debut mengesankan bersama Pabrikan Italia. Pasalnya, dia hanya mampu menempati urutan ketujuh di klasemen akhir pembalap dengan belum pernah mencetak kemenangan dalam 18 balapan. 

Valentino Rossi Juarai Monza Rally Show 2017


Berita Seputar MotoGP - Bintang Movistar Yamaha, Valentino Rossi berhasil mengunci gelar juara Monza Rally Show 2017. Ini menjadi gelar juara keenam beruntun Rossi di ajang tersebut.

Tahun ini Rossi gagal menjadi juara dunia di MotoGP, tapi kebahagian kecil Rossi dalam dari kompetisi lain, yakni di Monza Rally Show 2017.

“Ini adalah salah satu pertarungan terberat yang pernah saya jalani di Monza Rally Show, karena ada empat mobil yang mampu menang dan berdekatan hingga akhir.

Hanya saja tim kami melakukan kesalahan terkait beban mobil di hari pertama, Jumat (1/12) kemarin.
Ini kesalahan bodoh! Saat dapat penalti 10 detik, saya pikir kami sudah ‘tamat’.” terang Rossi.

“Tapi saya mengerahkan segalanya untuk menyerang dan mengambil banyak risiko sampai stage final.”

“Saya sangat senang! Monza Rally Show selalu menyenangkan, karena ini adalah balapan nyata di mana Anda bisa mengendarai mobil jenis ini dengan cepat, namun tanpa beban di akhir musim seperti ini.” pungkas Rossi.

Selain Rossi, ada beberapa orang-orang di paddock MotoGP lainnya yang ikut meramaikan Monza Rally Show 2017, termasuk adik Rossi, Luca Marini, rider Moto2 Mattia Pasini, juga dari Manajer Tim dan salah satu mekanik Suzuki Ecstar, Davide dan Roberto Brivio.
 

Sunday, December 3, 2017

Suzuki Dan Tim Lainnya Berencana Bentuk Tim Satelit Di MotoGP


Berita Seputar MotoGP - Suzuki dan beberapa pabrikan lainnya berencana untuk mengembangkan tim satelit di MotoGP. Hal ini mereka yakini akan membantu untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang akan berguna untuk pengembangan mereka.

Sejak kembalinya ke MotoGP pada tahun 2015, Suzuki hanya memiliki dua motor pabrikan di grid, berbeda dengan rivalnya seperti Honda, Yamaha dan Ducati.

Pabrikan Hamamatsu mengalami musim paceklik tahun ini, usai gagal mencetak podium dengan pebalap barunya Andrea Iannone dan Alex Rins.

Davide Brivio selaku bos tim Suzuki mengatakan pada awal tahun bahwa tim satelit tidak dijalankan karena akan mengurangi kinerja tim, namun kini ia mengakui bahwa musim balap 2017 yang buruk akan mengubah situasinya.

"Tahun ini menunjukkan kami kehilangan tim satelit,"ungkap Brivio.

"Jika kita memiliki dua pengendara lagi, kita bisa mendapatkan lebih banyak informasi dan mungkin juga berguna untuk pengembangan.

"Kami ingin ada tim lain yang membantu kami, mendukung kami, dan ini adalah diskusi yang terjadi di dalam pabrik. Saya harap kita bisa melakukannya, tapi ini terlalu awal untuk kita katakan.

"Bagi Suzuki, itu sulit, karena kita belum pernah punya pengalaman menyediakan motor ke tim lain. Tapi kami berharap bisa melakukannya suatu hari."

Aprilia juga menyatakan minatnya untuk membentuk tim satelit, namun direktur balap Aprilia, Romano Albesiano mengatakan bahwa ini bukan "prioritas".

"Aprilia tentu saja terbuka untuk memasok tim satelit di masa depan," kata Albesiano. "Bukan prioritas, prioritasnya sekarang adalah pengembangan teknis."

"Ada hal positif dan negatif untuk struktur kecil, seperti kita. Anda memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan hasil dengan lebih banyak pengendara, tapi juga semakin rumit, pengorganisasian suku cadang."

KTM juga dikabarkan membentuk tim satelit pada tahun 2019, yang berpotensi bagi bintang Moto2 Miguel Oliveira untuk bisa promosi ke kelas utama.

Tapi direktur motorsport Pit Beirer mengatakan bahwa belum ada tim MotoGP saat ini yang meminta bekerja bersama dengan pabrikan Austria tersebut.

"Kami belum punya keputusan yang jelas saat ini," katanya. "Pertama-tama kita harus mengerjakan performa dan kemudian kita harus melihat apakah ada seseorang mengajukan permintaan kepada kita."

"Rencananya adalah memiliki tim satelit di masa depan, tapi terserah pada permintaan. Kami masih menunggu lebih lama lagi dan mengerjakan proyek nomor satu kami."