Saturday, July 29, 2017

Crutchlow Minta GP Inggris Kembali Ke Donington


Berita Seputar MotoGP - Rider LCR Honda Cal Crutchlow menyuarakan pandangannya agar gelaran MotoGP Inggris kembali digelar di Donington lantaran menilai sirkuit yang digunakan untuk ajang balapan saat ini, Silverstone, cenderung membosankan.

Gelaran MotoGP Inggris akan diselenggarakan di Sirkuit Silverstone di akhir bulan Agustus setelah kejuaraan balap kuda besi paling bergengsi ini dipindah dari sebelumnya di Donington, pada tahun 2010 silam.

Akan tetapi, rider LCR Honda, Cal Crutchlow yakin bahwa Donington lintasan yang jauh lebih baik bagi para rider dan ingin agar race di tanah kelahirannya tersebut kembali digelar di sana.

“Di mana saya lebih memilih? Donington, karena saya pikir dari sudut pandang rider sekaligus sudut pandang fans, Silverstone itu membosankan,” ungkap Crutchlow yang berhasil meraih podium di Silverstone tahun lalu.

“Saya memiliki grand prix (di Silverstone) yang luar biasa tahun lalu, saya memiliki beberapa rider fantastis di sana sepanjang karier saya, tetapi saya mungkin ingin melakukan sesuatu yang berbeda.

“Ini bukan berarti saya tidak menyukai Silverstone, itu bukan berarti saya tidak memberikan 100% di sana, segala sesuatu seperti itu. Ini hanya berarti bahwa saya ingin perubahan.

“Jika Anda bisa berubah atau jika ada kemungkinan (untuk mengubahnya), menurut pendapat saya, saya menginginkan Donington, karena itu sesuatu yang berbeda.

“Tidak ada elevasi di Silverstone, itu membosankan. Itu memang cepat, tetapi cepat tidak selalu berarti hebat. Dan orang-orang tidak bisa mendekat, saya menyukai itu, ketika orang-orang bisa dekat dengan lintasan dan menikmatinya.”

Saat ini para rider MotoGP tengah menikmati jeda libur musim panas dan akan kembali beraksi awal Agustus mendatang.



Ini Syarat Rossi Juarai MotoGP 2017


Berita Seputar MotoGP - Belum ada yang dapat memastikan siapa yang akan menjadi pemilik gelar juara 2017.

Karena sejauh ini ada setidaknya empat pembalap yang saling berebut posisi puncak dengan gap hanya 10 poin di klasemen sementara.

Banyak yang memprediksi bahwa dua rider Spanyol, antara Maverick Vinales dan Marc Marquez yang punya peluang terbesar untuk gelar. Karena sepanjang tes pramusim, Vinales telah menjadi penguasa tunggal, dan Marquez kini di puncak klasemen.

Tapi kesempatan itu juga terbuka lebar untuk rider Italia, Valentino Ross, terlebih “The Doctor” sangat bernafsu melengkapi gelar kesepuluhnya.
 
Lalu apa syarat bagi Rossi agar bisa juara dunia tahun ini?

Guido Meda dalam analisisnya di Sky Sports berbicara tentang Rossi dan prakiraan rumit menjelang Grand Prix Republik Ceko pekan depan.

“Untuk tetap berada di depan, Rossi harus fokus pada konsistensi, karena lawan Rossi saat ini masih muda-muda dan juga tampil cepat, dan masalah ban juga menjadi salah satu kunci utamanya,” tutur Meda.

Pria Italia itu juga mengatakan bahwa salah satu saingan utama Rossi adalah rekan setimnya sendiri, Vinales.

“Rossi mulai merasa nyaman dengan sasis barunya, sementara Vinales malah mengaku mengalami kekurangan power ketika menggunakan sasis anyar tersebut.

Baik Rossi maupun Vinales juga sama-sama menderita masalah ban, tapi kita tunggu saja apa yang akan terjadi di balapan selanjutnya,” pungkas Meda.
 

Pemenang di Paruh Pertama: Yamaha 4, Honda 3, Ducati 2


Berita Seputar MotoGP - Beberapa tahun terakhir, Honda menjadi pabrikan yang sangat sulit terkalahkan di MotoGP.

Namun sejak 2016 hingga kini, MotoGP sudah mulai banyak menghadikan pemenang berbeda di setiap serinya, tahun lalu ada 9 pemenang berbeda, dan tahun ini sudah ada lima pembalap yang berhasil menang hingga libur jeda tengah musim.

Kedua rider Movistar Yamaha, Maverick Vinales dan Valentino Rossi sudah mengamankan empat kemenangan sejauh musim ini berlangsung, dengan Vinales tiga kemenangan dan Rossi baru satu kali.

Sementara itu, pabrikan Honda baru menang tiga kali, Marc Marquez menyumbang dua kemenangan dan ditambah dengan satu kemenangan dari Dani pedrosa.

Untuk Ducati, kedua kemenangan mereka di musim ini didapat dari tangan rider andalan mereka, Andrea Dovizioso.

Tiga pabrikan yang belum merasakan kemenangan tahun ini adalah Suzuki, Aprilia dan KTM.

Sebagai catatan, tahun lalu Suzuki berhasil menang satu kali dan beberapa kali podium lewat mantan pembalap mereka, Vinales.
 

Friday, July 28, 2017

Rossi Berpeluang Puncaki Klasemen Usai MotoGP Brno Dengan Modal Ini


Berita Seputar MotoGP - Valentino Rossi masih memiliki peluang untuk memuncaki klasemen sementara usai MotoGP Ceska bulan depan dengan catatan rider Movistar Yamaha tersebut harus memenangi balapan dan berharap pesaing terdekatnya gagal meraih podium.

Berkat penampilannya yang cukup kompetitif musim ini, Valentino Rossi berhasil menempati peringkat empat klasemen sementara rider dengan torehan 119 poin dari sembilan seri yang telah dijalani.

Posisi rider Movistar Yamaha tersebut pun tak jauh beda dari Marc Marquez yang saat ini masih bertengger di posisi puncak, dengan keunggulan 10 poin dari The Doctor. Di sisi lain, peringkat dua dan tiga ditempati oleh rekan satu tim Rossi, Maverick Vinales dan wakil Ducati Andrea Dovizioso, yang masing-masing mengoleksi 124 dan 123 poin.

Dengan peta persaingan ketat di klasemen, secara matematis, rider veteran asal Italia masih berpeluang menggeser tiga rival di atasnya. Ia mampu mengumpulkan total 144 poin jika mampu meraih podium pertama di Brno awal Agustus mendatang.

Jika Marquez gagal naik podium dan Vinales serta Dovizioso hanya mampu finis di luar dua besar, maka Rossi akan mampu naik ke puncak.

Seri ke-10 nanti akan menjadi ajang ke-18 bagi juara dunia sembilan kali di Sirkuit Brno. Ia juga memiliki catatan bagus dengan berhasil memenangi lima race, dan satu di antaranya saat masih di kelas 500cc.

Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo menguntit di bawah Rossi dengan masing-masing berhasil memenangi dua balapan di lintasan kebanggaan Republik Ceska tersebut di kelas MotoGP. Sedangkan Marquez baru sekali menjadi kampiun di sana pada musim 2013 silam.

Walaupun demikian, ambisi The Doctor meraih kemenangan di Brno tak akan mudah. Apalagi dengan Marquez, Vinales, dan Dovizioso juga memiliki misi serupa demi menjaga peluang dalam perburuan gelar juara musim ini.



Gaya Balap Rossi dan Hal-Hal Kecil Yang Di Perhatikan Sebelum Balapan


Berita Seputar MotoGP - Juara dunia sembilan kali Valentino Rossi ternyata mengadopsi gaya balap rider Jepang Haruchika Aoki, terutama dalam hal pengereman mengingat pada masa awal-awalnya berada di lintasan balap, ia kerap mengalami kesulitan pada aspek tersebut.

Valentino Rossi merupakan salah satu rider yang dikenal cukup detail dalam hal pengereman motor. Ia akan merasa kecewa dengan mekanik tim Yamaha jika ia tak dalam proses tersebut mesin YZR-M1 miliknya tidak berjalan mulus.

Dari sesi latihan bebas, kualifikasi, hingga balapan, pengereman merupakan aspek yang menjadi fokus perhatian rider veteran asal Italia tersebut. Dan hal tersebut masih sering terlhat saat ia gagal membalap dengan lancar.

Rossi memang kerap memperhatikan hal-hal kecil sehingga bukan barang aneh jika ia sering melakukan ritual mengecek setiap detail motornya sebelum benar-benar turun ke lintasan. Dan masalah pengeremen motor selalu menjadi hal dasar yang sangat ia perhatikan.

Pasalnya, aspek tersebut merupakan salah satu yang menjadi kelebihan rider Yamaha tersebut dibandingkan pebalap lainnya ketika menyalip rival-rivalnya di lintasan saat memasuki tikungan. Namun, ternyata, keunggulan The Doctor tersebut diperolehnya dari Haruchika Aoki.

Rider asal Jepang tersebut mengungkapkan bahwa Rossi selalu mengikuti gerak-geriknya selama beraksi di lintasan.

“Pada tahun 1996 saat kami di balapan yang sama, ia selalu menunggu saya. Ia selalu mengikuti dan melihat bagaimana saya mencatat waktu terbaik pada kualifikasi atau ketika race,” ungkap Aoki sebagaimana yang dikutip dari laman MotoGP hari Kamis (27/7) ini.

Meski telah menggenggam sembilan gelar juara dunia, Rossi masih tampil kompetitif di lintasan. Terbukti ia berhasil mengamankan peringkat empat klasemen sementara hanya terpaut 10 poin dari Marc Marquez di puncak.




Thursday, July 27, 2017

Iannone Tegaskan 110 Persen Masih Bela Suzuki

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2017/07/25/49/1223944/iannone-tegaskan-110-persen-masih-bela-suzuki-kpr.jpg

Berita Seputar MotoGP - Andrea Iannone membantah keras rumor yang menyebutkan dirinya akan hengkang dari Suzuki. Pembalap asal Italia itu menegaskan 110% hati nuraninya memilih bertahan di tim Suzuki.

Iannone mengalami musim yang sulit sejak pindah ke tim Suzuki. Dia diplot menggantikan Maverick Vinales yang hengkang ke tim Yamaha.

Hasil terbaik Iannone musim ini saat di Sirkuit Austin dengan finish di posisi ketujuh. Dia kini tercecer di posisi ke-15 klasemen karena baru mengumpulkan 21 poin.

Kondisi tersebut membuat Iannone dikabarkan menyerah pada performa motor Suzuki dan berniat pindah ke Aprilia. 

"Saya senang (dengan hasil saya). Saya memberikan 110%," kata Iannone kepada Gazetta Dello Sport.

Iannone mengaku sudah bertemu dengan bos Suzuki di Jerman dan memastikan dia akan tetap di tim tersebut hingga 2018.

"Kami bertemu di Sachsenring dan menjelaskan bahwa saya ingin melanjutkan. Kita harus saling percaya," ujarnya. 


Vinales Diyakini Akan Rebut Banyak Gelar MotoGP

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2017/07/25/49/1223935/vinales-diyakini-akan-rebut-banyak-gelar-motogp-csc.jpg

Berita Seputar MotoGP - Bos tim Yamaha MotoGP, Lin Jarvis mengatakan Maverick Vinales bakal memenangi banyak gelar juara dunia MotoGP dalam beberapa tahun ke depan menyamai pendahulunya Jorge Lorenzo.

Menurut Jarvis, Vinales dan Lorenzo memiliki karakter yang berlawanan namun keduanya memiliki beberapa karakteristik yang sama terutama dalam hal tekanan kompetisi.

Selama paruh musim pertama debutnya bersama Yamaha, Vinales telah mengalami beberapa hal.

Pembalap berjuluk Top Gun tersebut telah membuktikan potensinya dengan mengemas tiga kemenangan dalam sembilan seri MotoGP 2017.

Pada pertengahan musim ini,  Vinales berada di urutan kedua klasemen. Dia hanya tertinggal lima poin di bawah Marc Marquez.

"Maverick dalam kondisi bagus, tidak diragukan lagi, dia telah memenangkan lebih banyak balapan daripada yang lain sampai sekarang dan tim bekerja dengan baik," kata Jarvis kepada Motorsport.com.

"Yamaha telah memimpin empat dari sembilan balapan terakhir, meski kami mengalami pasang surut. Kami tidak kuat di beberapa trek dimana kami biasanya melaju kencang, fakta ini cukup mengganggu," ujar Jarvis.

Vinales memiliki beberapa isyarat dan reaksi yang mengingatkannya pada Lorenzo yang kini pindah ke Ducati setelah sembilan musim bersama Yamaha.

"Saya yakin bahwa Maverick akan memenangkan beberapa gelar MotoGP, seperti yang dilakukan Jorge," tandasnya. 


Wednesday, July 26, 2017

Dovizioso Buat Lompatan Besar Jelang Putaran Kedua Musim 2017

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2017/07/25/49/1223910/dovizioso-buat-lompatan-besar-jelang-putaran-kedua-musim-2017-PUt.jpg

Berita Seputar MotoGP - Andrea Dovizioso telah membuat kemajuan terbesar pada paruh pertama musim MotoGP 2017. Total 123 poin yang sudah dikumpulkan pembalap Italia itu hingga pertengahan musim ini.

Jumlah tersebut naik 64 poin dibandingkan paruh pertama musim 2016 lalu yang hanya mencetak 59 poin.

Pembalap Ducati itu juga secara mengejutkan meraih dua kemenangan beruntun di MotoGP2017. Kemenangan itu sekaligus mengantarkan Dovioso berada di tiga besar klasemen.

Dovi-panggilan Dovioso akan memulai paruh kedua musim 2017 di Sirkuit Brno dengan peringkat tiga di klasemen.

Dia hanya tertinggal enam poin dari pimpinan klasemen Marc Marquez (Repsol Honda) dengan 129 poin dan tertinggal satu poin dari pembalap Movistra Yamaha Maverick Vinales (124).

Kemajuan terbesar juga dicatat pembalap Desmosedici GP17 Danilo Petrucci. Dia telah membawa tim Pramac naik ke podium dua kali dan hampir menang di Sirkuit Assen.

Sementara Vinales yang hengkang dari Suzuki ke tim Yamaha telah menghasilkan tiga kemenangan. Kejutan terbesar juga dicetak Loris Baz dari Avintia yang mencetak 31 poin naik delapan poin dari tahun lalu (23). 


Tuesday, July 25, 2017

Petrucci Mau Geser Dovi dan Lorenzo dari Tim Ducati MotoGP

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2017/07/25/49/1223759/petrucci-mau-geser-dovi-dan-lorenzo-dari-tim-ducati-motogp-mrD.jpg

Berita Seputar MotoGP - Baru saja menggenggam perpanjangan kontrak baru dari tim satelit Pramac Racing, Danilo Petrucci mengumbar ambisi besarnya. Ia bertekad jadi pembalap tim pabrikan Ducati di MotoGP.

Ya, setelah berkiprah di kelas bergengsi mulai 2012 bersama tim Ioda Racing pada kelas CRT (Claiming Rule Teams), Danilo Petrucci tengah menjalani masa keemasan dalam karier balapnya di MotoGP pada musim 2017.

Walau poin yang ia kumpulkan saat ini (66) masih belum melebihi 113 (poin yang ia kumpulkan pada MotoGP 2015). Namun konsistensinya bertarung dengan para pembalap terdepan di paruh pertama musim 2017 terbilang stabil.

Bukti sahihnya adalah start frontrow pada beberapa seri belakangan. Selain itu pembalap 26 tahun itu meraih finis podium ketiga di MotoGP Italia dan finis kedua di MotoGP Assen.  

GPOne berkesempatan mewancarai Petrux (julukan Petrucci) usai tes privat tim Ducati yang berlangsung di sirkuit Misano, San Marino, selama dua hari pada tengah pekan lalu. Salah satu yang menonjol dari perkataan juara Superbike Italia dan runner-up FIM Superstock 1000 musim 2011 itu memiliki ambisi buat jadi pembalap tim pabrikan.

Apakah itu berarti Petrucci saat ini tidak senang hanya berstatus pembalap tim satelit? Atau ia menakar kemampuannya di atas motor Desmosedici GP lebih baik ketimbang Andrea Dovizioso serta Jorge Lorenzo, dua pembalap tim pabrikan Ducati saat ini?

Mengapa Petrucci tidak memilih Aprilia yang telah menawarinya jadi pembalap tim pabrikan untuk MotoGP 2018, namun justru memperpanjang kontrak bersama tim Pramac Racing?
“Karena saya suka melakukan sesuatu dengan benar, dan ini bukan saat yang tepat. Ducati telah melakukan pekerjaan hebat dan saya merasa seolah-olah saya adalah bagian dari proyek ini, tes di Misano membuktikan hal itu,” beber Petrucci.

“Saya yakin saya penting bagi mereka (Ducati) dan saya tidak ingin keluar sekarang. Jika saya memilih jalan lain (ke Aprilia), saya pikir bagian kedua musim ini akan berubah arah,” imbuhnya.
 
Benarkah Aprilia menawari Anda gaji fantastis?
“Saya ulangi, saya suka melakukan sesuatu dengan benar dan secara pribadi lebih masuk akal untuk mengambil pilihan kontrak dua tahun (bersama Pramac Racing), untuk memiliki kontinuitas yang lebih besar (di atas motor Ducati).”

“Untuk 2019, semua tim akan membuka pintu karena banyak pembalap tim pabrikan yang kontraknya berakhir. Saya tidak menutup peluang, karena tujuan utama saya tahun itu adalah tetap mengendarai motor merah (Ducati) ... tapi yang sebenarnya, di tim pabrikan.”  

“Saya tahu Ducati peduli dengan saya. Jika saya melakukan segala hal dengan baik, saya mungkin bisa masuk tim pabrikan, karena kalau tidak saya akan beralih pekerjaan (sambil tertawa).”

Jadi Anda sedang mempromosikan diri Anda?
“Saya mungkin adalah pembalap baru, namun saya selalu berpikir bahwa tempat saya ada di depan, meski tim tidak mengharapkan hasil tertentu dari saya pada tiga tahun pertama. Dalam dua setengah tahun terakhir, saya mengakui bahwa saya telah tumbuh. Tetapi saya masih belum bisa melakukan hal-hal s***! (sambil tertawa lagi). 

Monday, July 24, 2017

Redding Terancam Dilempar ke Superbike


Berita Seputar MotoGP - Rider Satelit Ducati Octo Pramac Racing, Scott Redding belum memutuskan di tim mana ia akan berlabuh untuk 2018 mendatang.

Namun beredar kabar bahwa rider asal Inggris itu akan terbuang ke Superbike, membela Ducati Barni Racing Team.

Redding juga punya peluang yang bagus untuk bergabung ke tim Red Bull Honda tahun depan.

Sementara di MotoGP, saat ini Redding disebut-sebut hanya mendapat tawaran dari Aprilia Racing.

Manajer pribadi Redding, Michael Bartholemy mengatakan bahwa; “Untuk 2018, Sam Lowes dan Scott Redding akan sulit bertahan karena belum mendapat tempat,” katanya seperti diberitakan Speedweek.

Sementara posisi Redding di Pramac Ducati tahun depan menurut rencana akan digantikan oleh rider asal Australia, Jack Miller.

Meski demikian, Ducati tetap memperhitungkan Redding, jika tidak punya tempat di MotoGP, maka di Superbike ia sangat dibutuhkan Ducati.

Redding akan menjadi aset untuk Ducati di Superbike dalam hal apapun. Karena Redding sudah punya dua tahun pengalaman dengan V4 Desmosedici, dan juga punya peluang sebagai test rider Ducati nantinya.



Marquez: Saya Hormati Rossi 100%


Berita Seputar MotoGP - Sejak bermusuhan pada akhir musim 2015 lalu, Marc Marquez dan Valentino Rossi kini tak pernah terlihat seakrab dulu seperti di tahun 2013 dan 2014.

Bahkan keduanya kini terkesan saling menjauhi satu sama lain dan tak ada huhungan pertemanan lagi, hanya sebatas profesional sesama pembalap saja.

Lalu seperti apa kondisi sebenarnya hubungan mereka sekarang ini?

“Hubungan saya dengan Rossi sekarang seperti biasa saja, profesional. Itulah yang terpenting menurut saya pribadi,” kata Marquez menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh penggemarnya lewat Facebook.

“Rossi adalah sosok pembalap yang hebat, ia sangat luar biasa di usianya yang tak muda lagi. Saya 100% hormat padanya,” sambung rider Repsol Honda itu.

Tahun ini, Marquez dan Rossi kembali masuk dalam peta persaingan juara dunia, apakah keduanya akan mengalami bentrok lagi demi gelar juara dunia, apakah akan terulang lagi insiden Sepang Clash selanjutnya, menarik dinanti menjelang paruh kedua musim ini.


Dorna: MotoGP Harusnya Balapan 22 Kali Setahun


Berita Seputar MotoGP - CEO Dorna Sport, Carmelo Ezpeleta baru-baru ini berbicara tentang rencana MotoGP yang akan menambah jumlah balap dalam satu musim menjadi 22 seri.

Saat ini MotoGP masih menggelar 18 seri balapan untuk satu musim, namun ada rencana penambahan seri untuk tahun mendatang.

“Kami mungkin tidak akan menggelar 20 balapan saja, menurut ideal saya harusnya ada 22 balapan dalam satu musim,” kata Ezpeleta dalam sebuah wawancara bersama surat kabar Italia.

“Untuk saat ini, Qatar dalam masalah bagi kami, untuk Finlandia saya akan berkunjung kesana di akhir Juli ini. Jika tidak bisa tahun depan, mungkin baru bisa di 2019 bersamaan dengan Thailand,” sambung pria Spanyol itu.

Empat balapan di tanah Spanyol bukan masalah bagi Ezpeleta.

“Ini bukan tentang batas, karena nanti mungkin kami akan punya tiga seri di Amerika, jadi kerja sama ini akan sangat penting, dan musim ini keuntungan kami meningkat dengan baik,” pungkasnya.

Bagaimana dengan Indonesia, apakah akan termasuk dalam salah satu seri baru MotoGP nantinya?



Sunday, July 23, 2017

Review Lengkap Hasil Paruh Musim MotoGP 2017


Berita Seputar MotoGP - Balapan motor MotoGP musim ini berlangsung menarik. Hingga paruh musim, empat pembalap terkemuka dari tiga tim yang berada di empat besar hanya berselisih 10 poin. Tidak ada yang mampu memastikan siapa yang akan tampil menjadi juara dunia MotoGP tahun ini.

Juara dunia musim 2016, Marc Marquez untuk sementara memimpin klasemen dengan 129 poin. Pembalap Repsol Honda tersebut diikuti Maverick Vinales dari Movistar Yamaha (124 poin) dan Andrea Davioso dari Ducati (123 poin). Sementara Valentino Rossi dari Movistar Yamaha berada di posisi keempat (119 poin).

Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi para pembalap musim ini. Dari mulai sifat kompetitif di lapangan, jenis ban Michelin yang digunakan, cuaca buruk atau pun cedera. Berikut ini review paruh musim yang dilansir gpupdate.net, Sabtu (22/7/2017).

1. Repsol Honda
   #93 Marc Márquez (1, 129 poin, dua kemenangan)
   #26 Dani Pedrosa (5, 103 poin, satu menang)
Pembalap Honda telah mengeluhkan mengenai kecepatan motor RC213V. Tekanan ekstra yang dibebankan pada ban depan saat pengereman saat balapan terkadang merugikan. Juara bertahan Márquez tidak begitu konsisten pada musim ini, hanya menang dua kali. Sementara Pedrosa, yang memenangi MotoGP Spanyol di Sirkuit Jerez tetap menjadi kuda hitam dan hanya selisih 26 poin dari Marquez.

2. Movistar Yamaha
   #25 Maverick Viñales (2, 124 poin, tiga kemenangan)
   #46 Valentino Rossi  (4, 119 poin, satu menang)
Yamaha memulai balapan dengan cukup percaya diri. Vinales mengklaim dua kemenangan pertama tahun ini. Namun, performanya terus menurun setelah mengalahkan Rossi di lap terakhir di MotoGP Prancis. Viñales juga membuat kesalahan konyol di Austin dan Assen. Sementara Rossi berhasil naik podium dari tiga balapan pembuka dan akhirnya menang di Assen. Yang tidak boleh dikesampingkan adalah persaingan Rossi dengan Vinales dalam mengoleksi poin selama balapan.

3. Ducati
   #04 Andrea Dovizioso (3, 123 poin, dua kemenangan)
   #99 Jorge Lorenzo (9, 65 poin)
   #51 Michele Pirro (23, 9 poin)
Kerja keras Ducati mulai terlihat pada musim 2017 ini. Penghargaan patut diberikan kepada Andrea Dovizioso yang bersaing meraih kemenangan di Qatar dan merebut kemenangan back-to-back di Mugello dan Barcelona. Kemenangan di Barcelona adalah bukti kemampuannya meningkat dan ini adalah hal yang perlu dirayakan. Sementara Lorenzo, masih harus beradaptasi menyesuaikan gaya balapan dengan tunggangannya.

4. Suzuki
   #29 Andrea Iannone (16, 28 poin)
   #42 Álex Rins (22, 7 poin)
   #50 Sylvain Guintoli (25, 1 poin)
   #12 Takuya Tsuda (NC, 0 poin)
Kehadiran pembalap baru menjadi harapan besar bagi Suzuki, tapi hingga paruh musim ini benar-benar suram. Sejak empat tahun lalu Suzuki telah jatuh ke posisi 10 dalam klasemen tim. Iannone memulai balapan dengan percaya diri di pra-musim, dan bersaing untuk naik podium di Qatar. Namun nasibnya terus memburuk sejak itu, sikap dan komitmen Iannone sering dipertanyakan. Alex Rins telah sembuh dari cedera, tapi dia harus memulai dari nol. Tahun lalu Suzuki memiliki 18 top-six finish. Tahun ini belum mampu menorehkan prestasi yang sama. Apakah ini karena motor atau pembalapnya?

5. Tek 3 Yamaha
   #5 Johann Zarco (6, 84 poin)
   #94 Jonas Folger (7, 71 poin)
Bos Tech 3 Herve Poncharal berjuang menemukan pembalap sejak 12 bulan. Dan itu tidak sia-sia, sepasang pembalap pemula mampu beradaptasi dengan cepat dengan motor tunggangan. Juara Moto2 ganda Johann Zarco tertegun meraih podium yang luar biasa di kandang sendiri. Zarco dibayangi rekan setimnya Jonas Folger yang berada satu peringkat klasemen di bawahnya. Tech 3 telah tertangani dengan sangat baik, dan sejauh ini memainkannya dengan sempurna.

6. Pramac Ducati
   #9 Danilo Petrucci (8, 66 poin)
   #45 Scott Redding (13, 33 poin)
Pembalap Pramac memiliki pasangan yang lengkap. Danilo Petrucci telah berkembang dalam balapan baru-baru ini, naik podium secara emosional sebelum menyelesaikan balapan di Assen 0,063 menit di belakang Rossi. Sementara Scott Redding mengantongi hasil yang layak sejak awal tapi terpuruk setelah itu. Pada GP Jerman, dia berada di posisi 20, merupakan balapan terburuk dalam karirnya.

7. Aprilia Gresini
   #41 Aleix Espargaró (14, 32 poin)
   #22 Sam Lowes (24, 2 poin)
Kebingungan Aprilia terus berlanjut. Setelah memilih merombak line-upnya, pabrikan terus mengalami masalah. Aleix Espargaró telah bekerja keras, dan tampil cukup brilian di Qatar, tapi kesalahan konyol telah merampas poinnya. Sementara Lowes hanya mencetak satu dari 15 finis teratas, dan telah mengalami kecelakaan terlalu banyak.

8. LCR Honda
   #35 Cal Crutchlow (10, 64 poin)
Tim balap MotoGP ini mencetak prestasi terbaiknya pada 2016 atas dua kemenangan brilian Cal Crutchlow. Namun musim ini belum terlihat hasil yang memuaskan. Crutchlow belum mencapai hasil puncak yang dicapai pada 2016, tapi balapan akan mengunjungi tempat di mana dia menang 12 bulan lalu.

9. Avintia
   #76 Loris Baz (15, 31 poin)
   #8 Héctor Barbera (18, 21 poin)
Musim ini Avintia diperkuat Hector Barbera yang membalap untuk Ducati musim 2016 dan Loris Baz yang telah bergabung sejak tahun lalu. Barbera tampil cukup bagus tahun lalu bersama Ducati. Namun balapan musim ini semakin sulit, terhambat cedera tulang selangka pada awal musim. Barbera sering mencetak kualifikasi yang buruk, berbaris di urutan ke-20 atau lebih rendah dalam lima balapan. Sementara Baz, bernasib lebih baik, finis di posisi ke-8 merupakan hasil terbaik Avintia 2017.

10. Aspar
    #19 Álvaro Bautista (11, 44 poin)
    #17 Karel Abraham (19, 20 poin)
Aspar telah naik performanya pada 2017 bersama Álvaro Bautista. Bautista telah tersingkir dari empat balapan tapi dia berhasil mencapai posisi keempat di Argentina. Hasil ini menunjukkan dia layak mendapatkan tempat di tim pada 2018 nanti. Sementara Karel Abraham yang baru kembali ke MotoGP disambut dengan sikap apatis. 

11. Marc VDS
    #43 Jack Miller (12, 41 poin)
    #53 Tito Rabat (17, 23 poin)
Marc VDS mempertahankan jajaran pengendaranya dari Jack Miller dan Tito Rabat. Miller, runner-up Moto3 2014 belum mengulangi poin tinggi pada 2016, yakni menang secara mengejutkan di Assen, tapi performanya konsisten. Sementara Tito Rabat mungkin sudah mencapai levelnya dengan Marc VDS, hasilnya sangat mirip dengan 12 bulan lalu.

12. Red Bull KTM
    #44 Pol Espargaró (20, 14 poin)
    #38 Bradley Smith (21, 8 poin)
    #36 Mika Kallio (NC, 0 poin)
KTM stabil lamban dalam balapan MotoGP, tapi pabrikan tersebut membuat kemajuan melawan pesaing berpengalaman dan bersaing ketat. KTM bersama Pol Espargaro secara bertahap bergerak ke atas grid. Dua penampilan Q2 telah mewakili titik tinggi sejauh ini untuk KTM, yang akan terus melaju lebih jauh di paruh kedua musim ini.


Marquez Ragukan Kans Lorenzo Raih Gelar Juara Dunia


Berita Seputar MotoGP - Marc Marquez meragukan peluang Jorge Lorenzo meraih gelar juara dunia MotoGP musim 2017 ini menyusul mimpi buruknya yang terus berlanjut sejak meninggalkan pabrikan Yamaha untuk bergabung dengan Ducati.

Hingga saat ini mimpi buruk Jorge Lorenzo di musim perdananya bersama Ducati masih berlanjut mengingat ketidakmampuannya mengakhiri puasa kemenangannya. Sejauh ini, GP Spanyol bulan Mei lalu masih menjadi catatan terbaiknya saat ia mampu finis di podium ketiga.

Hasil mengecewakan tersebut membuat eks rider Yamaha ini berada di peringkat sembilan klasemen sementara pebalap MotoGP dengan hanya mampu meraih 65 poin dari sembilan seri yang telah berjalan musim 2017 ini. Dari perhitungan matematis, akan sangat sulit baginya mampu merebut gelar juara dunia.

Pasalnya, saat ini Lorenzo masih terpaut 64 poin dari Marc Marquez yang bertengger di puncak klasemen sementara, dan kemungkinannya ia baru bisa memberikan kontribusi nyata di tahun keduanya bersama pabrikan asal Italia tersebut.

Hal senada juga disuarakan oleh rekan senegaranya, Marquez. Bukan bermaksud meremehkan, namun rider asal Spanyol tersebut menganggap bahwa gelar juara dunia bukan masalah sepele. Terdapat berbagai hal pendukung yang dibutuhkan untuk meraihnya, yang salah satunya adalah mengenal karakter tunggangannya dengan baik. Hal yang nampaknya belum dikuasai Lorenzo dengan baik.

“Lorenzo dapat memenangkan race. Tetapi, saya tidak tahu apakah ia bisa meraih gelar juara dunia,” ungkapnya sebagaimana dilansir dalam Motorsport edisi Jum’at (21/7).

“Namun, jika berbicara tentang juara dunia MotoGP, banyak hal yang harus dipertimbangkan, seperti mengetahui motor dan tim. Semuanya harus 100%.”




Dovi dan Yamaha Kompak Protes Format Kualifikasi


Berita Seputar MotoGP - Sejak tahun 2013 lalu, format kualifikasi MotoGP diubah dan berlangsung dalam dua sesi QP1 dan QP2.

Dorna menetapkan bahwa pembalap yang berhak masuk ke Q2 (Kualifikasi Nr.2) dipilih berdasarkan gabungan waktu terbaik tiga Latihan Bebas.

Namun format ini ini sering dikritik oleh beberapa pembalap.

“Dengan aturan ini, pembalap lebih stres saat menjalani Latihan Bebas ketimbang saat sesi Kualifikasi berlangsung,” keluh rider Ducati Team, Andrea Dovizioso.

“Saya bisa mengerti bahwa sistem ini lebih baik untuk penonton, tapi ingat bahwa kami di sini tidak hanya untuk pertunjukan. Kita harus mempersiapkan diri untuk balapan,” sambungnya.

Terlebih jika cuaca di hari Latihan Bebas tidak bersahabat, kondisi ini semakin membuat pembalap tertekan.

Tidak hanya Dovi, pihak Yamaha juga sebanarnya sangat keberatan dengan format kualifikasi seperti ini.

“Dengan cara kualifikasi seperti ini, kita tidak bisa empersiapkan balapan dengan baik,” ujar Manajer Tim Movistar Yamaha, Massimo Meregalli.

“Terutama karena Michelin menghadirkan banyak jenis ban, jadi tim banyak menghabiskan waktu Latihan Bebas untuk menguji semua kompon ban berbeda dengan set-up motor.

Tapi Dorna pura-pura tidak mendengar masalah ini, dan sayangnya kita tidak berhak merubah regulasi ini,” pungkas Meregalli.



Saturday, July 22, 2017

Bos Yamaha Tech 3: Ketimbang Zarco, Rossi Lebih Gila dan Berbahaya

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2017/07/21/49/1222893/bos-yamaha-tech-3-ketimbang-zarco-rossi-lebih-gila-dan-berbahaya-8cv.jpg

Berita Seputar MotoGP - Dua kali insiden senggolan Valentino Rossi dengan pembalap debutan Johann Zarco (di Austin dan Assen) jadi salah satu perbincangan panas di MotoGP 2017. Tahu kalau pembalapnya terus disudutkan oleh The Doctor, bos tim satelit Monster Yamaha Tech 3, Herve Poncharal, ikut bicara dan membalas perkataan pembalap 38 tahun itu.

Ya, Poncharal memaklumi keluhan pembalap tim Yamaha Factory Racing, Valentino Rossi, soal insiden senggolan ringan antara dirinya dengan Johann Zarco di Austin, Texas. Dalam wawancaranya bersama Motorsport Total, Poncharal yakin hal ini wajar dilakukan para rider muda, terutama para rookie alias pembalap debutan macam Zarco.

Seperti diketahui, Rossi dan Zarco bersenggolan pada lap 7 di tikungan 3 sirkuit Austin, dan Rossi segera melempar kritik pada Zarco usai balap. Menurut The Doctor, rider Prancis tersebut harus segera melupakan gaya bertarungnya di Moto2 dan menyatakan ia harus tenang saat melakukan manuver agar tidak membahayakan rider lain.

"Jika Anda lebih unggul dan seseorang menyenggol, tentu Anda tak senang. Tapi kita semua ingat saat Vale datang di GP125, lalu GP250 dan MotoGP. Kita semua menyaksikan duelnya dengan Max Biaggi, Sete Gibernau dan lainnya, yang mengeluh bahwa ia gila, berbahaya dan terlampau agresif," ujar Poncharal.

"Hal-hal macam ini terkadang membuat saya tersenyum, mengingat banyak hal sudah berubah. Beginilah kehidupan, rider-rider muda ingin menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan, mereka ingin membuktikan mereka cepat dan bertarung dengan rider berpengalaman," imbuh pria yang menjabat presiden IRTA itu.

Poncharal lalu mengaku puas dengan performa Zarco dan Folger. Karena dua pembalap yang sudah didapat tanda tangannya untuk MotoGP 2018 itu, dinilainya sudah membuat kejutan dan diperhitungkan para pesaing lainnya macam Valentino Rossi.

"Mike Webb (Direktur Balapan MotoGP) juga tidak keberatan. Tak ada yang lebih tenang ketimbang Zarco. Anda tak pernah melihat semangat seperti ini sebelumnya dan ia mampu membalap lebih cerdas dalam dua seri," terang Poncharal seperti dikutip dari Speedweek.

Poncharal memaklumi jika semangat untuk menunjukkan kemampuan terbaik, merupakan ciri alami dari para pembalap debutan setiap musimnya. "Mereka ingin menunjukkan kepada banyak orang bahwa mereka bisa cepat dan berkompetisi dengan para pebalap terkenal lainnya," ulas Poncharal.

Sebaliknya, gaya balap Zarco tersebut justru sedikit banyak terinspirasi dari Rossi. "Rossi merupakan idola Zarco, ia sangat mengaguminya dan akan melakukan segalanya untuk mengalahkan Rossi," beber Poncharal.

"Pada akhirnya, mereka ingin terus berada di depan selama mungkin. Ini manusiawi. Ini biasa terjadi di balapan, baik di olahraga maupun di kehidupan secara umum," tandasnya.  

Morbidelli: Bukan Saya Penerus Rossi di MotoGP

https://www.rungansport.com/wp-content/uploads/2017/07/Morbidelli-Bukan-Saya-Penerus-Rossi-di-MotoGP.jpg

Berita Seputar MotoGP - Salah satu rider belia yang berlatenta asal Italia, Franco Morbidelli akan naik ke MotoGP musim depan bersama dengan timnya saat ini, Estrella Galicia 0,0 Marc VDS.

Penampilan apiknya di Moto2 tahun ini mendapat banyak sorotan dari berbagai pihak dan digadang-gadang akan menjadi penerus jagoan Movistar Yamaha, Valentino Rossi di MotoGP.

Memang, moment kedatangan Morbidelli naik ke MotoGP bertepatan dengan ujung karir Rossi di MotoGP, meski demikian Morbidelli sendiri menganggap salah pendapat tersebut.

“Jelas saya tersanjung jika disebut sebagai penerus Rossi. Tapi yang jelas itu semua tidak benar sama sekali. Karena di dunia ini hanya ada satu Rossi, jadi tidak akan ada rider sepertinya lagi.”

Memang status Rossi tak akan selamanya ada. Suatu saat nanti ia akan pensiun dan digantikan pembalap lain, tapi yang jelas tidak akan ada yang sepertinya,” kata Morbidelli kepada Corriere dello Sport.

Morbidelli sendiri adalah anak murid pertama dan terbaik Rossi di VR46 Riders Academy, jadi keduanya sudah sangat sering berlatih bersama.

“Saya ketemu Rossi hampir setiap harinya, Rossi selalu bahagia. Melihatnya bahagia juga membuat saya lebih bahagia. Rossi juga sudah banyak memberikan nasihat dan dukungan penuhnya pada saya selama ini.

Dimata saya, Rossi adalah teman yang selalu membantu,” akui pimpinan klasemen sementara Moto2 itu.
 

Friday, July 21, 2017

Tak Sesali Pindah dari Suzuki, Espargaro Pasang Target Tinggi Aprilia

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/atmaja/aleix_espargaro_(aprilia_gresini_racing)_di_grid_start_motogp_qatar_2017._(foto-motogp).jpg

Berita Seputar MotoGP - Pindah dari Suzuki untuk bertarung bersama tim pabrikan Aprilia pada MotoGP 2017 tak disesali oleh Aleix Espargaro. Karena ia bertekad untuk terus membawa motor RS-GP meraih kemajuan di sisa musim ini.

Ya, pembalap tim pabrikan Aprilia Gresini, Aleix Espargaro, menargetkan untuk mencetak podium MotoGP sebelum akhir musim 2017. Ibarat roller coaster, inilah yang dialami Espargaro usai meninggalkan Suzuki.

Menunggangi motor Aprilia RS-GP, ia meraih hasil terbaik finis keenam di seri pembuka Qatar. Ia lalu tercatat tiga kali finis 10 besar. Namun, ia juga tidak finis balapan sebanyak empat kali.

Espargaro pun kini menempati peringkat ke-14 dengan torehan 32 poin dalam klasemen sementara. “Satu-satunya hal sekarang, saya tidak peduli tentang poin atau kejuaraan. Saya ingin naik podium sebelum kami tiba di Valencia,” kata Espargaro berkoar di Sachsenring seperti ditulis Motorsport.

“Akan sulit naik dari posisi ke-10 dan merebut podium. Tapi ini hal positif berada satu grup hampir keseluruhan balapan seperti pabrikan Yamaha dan (Andrea) Dovizioso,” imbuhnya.

Perlu diketahui, dua dari empat kali tak finis Espargaro di MotoGP 2017 disebabkan karena kegagalan mesin, yang mana itu terjadi di Jerez dan Catalunya. Padahal, kedua trek dengan kondisi grip sedikit ini awalnya diprediksi cocok untuk RS-GP.

Terlepas dari kegagalan tim untuk menyadari potensi penuh trek dengan ban dan motor. Pembalap 27 tahun itu tetap puas dengan kecepatan Aprilia di sebagian besar sirkuit, yang ia akui melebihi harapannya sendiri.

“Keseimbangan paruh pertama musim negatif untuk perolehan poin. Tapi ada banyak faktor, seperti dua mesin rusak dan kecelakaan yang menghambat kami,” papar Espargaro.

“Pada saat bersamaan kami cepat, lebih cepat dari orang dan kami harapkan. Balapan yang baik akan datang, dan saya yakin kami akan menikmati diri sendiri di paruh kedua kejuaraan,” kata pembalap Spanyol itu optimistis.

“Saya sangat senang melihat saya lebih kompetitif dari perkiraan saya ketika menandatangani kontrak. Tahun lalu, mereka harus bekerja keras untuk mencetak poin. Sekarang jauh lebih di depan. Kami telah membuat kesalahan tiga tahun dalam sembilan balapan pertama ini. Paruh pertama musim tidak positif dari segi poin, tapi kami telah cepat,” tutupnya.  

Ini Saran Rossi ke Yamaha

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2017/07/20/49/1222443/gerah-lihat-kemajuan-honda-dan-ducati-di-motogp-rossi-beri-saran-ke-yamaha-sMX.jpg

Berita Seputar MotoGP - Melihat kemajuan yang terlihat pada tim pabrikan Honda serta Ducati pada MotoGP 2017, Valentino Rossi menilai hal itu disebabkan kedua tim tersebut menurunkan motor ketiga dengan spek terbaru di lintasan.

Ya, Valentino Rossi mengungkapkan kehadiran pembalap ketiga yang memakai YZR-M1 2017 akan membantu kemajuan tim Yamaha Factory Racing di MotoGP musim ini. Masalahnya, tak mudah memilih siapa yang pantas mengendarainya.

Seperti diketahui, Honda dan Ducati memiliki motor ketiga dengan spek terbaru yang digunakan tim satelit. Di mana Pramac Racing tahun ini memakai satu motor Ducati GP17 seperti yang ditunggangi Andrea Dovizioso dan Jorge Lorenzo.

Danilo Petrucci mengendarai motor tersebut. Sedangkan Cal Crutchlow memakai motor Honda RC213V yang serupa dengan geberan Marc Marquez serta Dani Pedrosa.

Di sisi lain, Yamaha hanya menurunkan dua motor YZR-M1 2017 yang digunakan Rossi dan Maverick Vinales. Sedangkan dua pembalap tim satelit Yamaha Tech 3, Johann Zarco serta Jonas Folger, kebagian memacu YZR-M1 spesifikasi 2016.

Ketika Rossi ditanya apakah kemajuan Yamaha di MotoGP akan terbantu oleh kehadiran pembalap ketiga dengan motor terbaru, Rossi menjawab kepada Motorsport: "Tentu, iya. Tapi hal yang sulit adalah Anda harus melaju sangat kencang, seperti di balapan.”

"Tidak banyak yang bisa mencetak catatan waktu (kencang) ini. (Pembalap tes, Katsuyuki) Nakasuga memang kencang, karena ia sering menang di Superbike (Jepang) dan (Suzuka) 8 Hours, tapi ia tidak seperti kami (di MotoGP)," kata Rossi menjelaskan.

Lebih jauh Rossi mewanti-wanti Yamaha agar tidak ketinggalan dengan taktik Honda serta Ducati di MotoGP. "Kami adalah tim pabrikan, kami adalah pembalap pabrikan, semua manufaktur mencoba untuk memperbaiki diri. Jika tidak, maka tamatlah semuanya," tukasnya. 


Thursday, July 20, 2017

Kalau Mau Ngalahin Marquez-Honda, Yamaha Mesti Dengerin Rossi


Berita Seputar MotoGP - Walau puncak klasemen sementara pembalap MotoGP 2017 masih dikuasai oleh Marc Marquez dari tim Repsol Honda. Namun tim Yamaha Factory Racing jadi yang paling diunggulkan buat mengalahkan sang juara bertahan.

Ya, tak diragukan lagi itu disebabkan tim pabrikan Yamaha memiliki dua pembalap terkuat di lintasan MotoGP saat ini. Valentino Rossi serta Maverick Vinales diyakini sedang ikut bermain di pacuan juara dunia pembalap.

Hanya saja, ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi atau dipertahankan oleh tim dari Iwata, Jepang tersebut jika ingin mengakhiri MotoGP 2017 berstatus juara dunia pembalap, tim dan pabrikan. Apakah itu?

Seperti disebutkan dalam analisa Paolo Beltramo, jurnalis Sky Sports Italia yang sudah puluhan tahun meliput MotoGP. Menyarankan agar tim Yamaha, mulai saat ini mesti mendengarkan masukan dari Valentino Rossi.

Seperti diketahui, Maverick Vinales terlihat begitu cepat dan sama sekali tidak mengatakan ada masalah berarti pada paket motor Yamaha YZR-M1 spesifikasi 2017. Itu terjadi sejak tes pasca musim 2016 hingga pramusim ini. Kemudian berlanjut dengan dua kemenangan Vinales di Qatar dan Argentina.

Namun setelah pembalap 22 tahun itu terjatuh di Austin, lalu meraih hasil buruk di Jerez. Diselingi kemenangan di Le Mans (usai tes privat), serta finis podium di Mugello. Ia kembali terpuruk di Catalunya, terjatuh di Assen, lantas finis keempat di Sachsenring.

Beltramo menegaskan bahwa Vinales belum pengalaman seperti Rossi. Apalagi untuk mengetahui konsistensi, serta beberapa masalah yang dihadapi oleh motor. Itu belum ditambah dengan manajemen ban Michelin yang selalu bikin rumit di setiap seri.

Selepas MotoGP Catalunya, Rossi menuntut sasis baru, setelah ia selalu bercuap-cuap bahwa YZR-M1 spesifikasi 2017 masih memiliki kekurangan di beberapa tempat. Setelah tes Catalunya, Rossi langsung menang di Assen. Tapi Vinales tidak senang, karena ia lebih cocok dengan sasis lawas.

Meski begitu, sejumlah suku cadang baru di YZR-M1 diyakini ikut membawa Vinales melewati Rossi di MotoGP Sachsenring, setelah Vinales start dari urutan 11. Analisa dari Beltramo, menyimpulkan bahwa Vinales telah mampu menyembunyikan masalah M1.

Setelah masalah itu kembali muncul di Jerez dan Catalunya, tim Yamaha segera turun tangan. Atas perbaikan pada sasis dan membuat fairing baru, tim berlambang garputala tersebut menutup paruh musim pertama dengan memimpin klasemen sementara tim dan pabrikan.

Meski di klasemen sementara pembalap dikuasai Marquez dengan keunggulan lima angka atas Vinales dan 10 poin dari Rossi. Tetapi secara keseluruhan, hasil yang didapat pada paruh pertama MotoGP 2017, menegaskan bahwa tim pabrikan Yamaha adalah tim yang harus dikalahkan di lintasan.

Tengok saja hasil yang didapat oleh tim pabrikan Yamaha dari 9 seri awal musim ini: 4 kemenangan seri, 3 kali finis podium kedua, plus 1 kali finis podium ketiga. Yang paling dekat dengan mereka ialah Repsol Honda (3 kemenangan, 2 kali finis podium kedua, 5 kali finis podium ketiga).

“Secara teori, memiliki dua pembalap kelas atas dalam diri Rossi dan Vinales pada MotoGP 2017 merupakan sebuah keuntungan bagi tim Yamaha,” beber Beltramo. “Karena dua pembalap bagus dalam satu tim akan saling meningkatkan daya saing mereka, meski ada juga risikonya,” imbuhnya. 

“Mungkin kesalahan Yamaha adalah tidak segera mendengarkan Rossi (sejak awal musim). Kini Rossi lebih percaya diri dan yakin. Serta pembalap muda pendampingnya (Vinales) akhirnya bisa beradaptasi dengan pembalap yang lebih berpengalaman,” tukasnya.  

Ini Dia Bocah 10 Tahun Titisan Valentino Rossi


Berita Seputar MotoGP - Rider cilik minimoto, Leonardo Abruzzo, digadang-gadang sebagai titisan juara dunia sembilan kali, Valentino Rossi, menyusul performa apiknya di ajang balap dan bocah 10 tahun ini bahkan sudah memiliki sponsor.

Sejak era sensasional Valentino Rossi di ajang balap motor, sudah ada beberapa rider asal Italia yang diprediksi akan menjadi suksesornya di masa depan. Namun, hingga saat ini belum ada satupun dari mereka yang benar-benar mengikuti jejaknya.

Walaupun demikian, nama-nama baru terus bermunculan, dan kini adalah Leonardo Abruzzo. Oleh Il Giorno, bocah yang baru berusia 10 tahun tersebut akan menjadi The Next Valentino Rossi.

Klaim tersebut bukannya tanpa alasan. Pasalnya, anak asal Legnano tersebut sudaj meraih sukses di usianya yang masih sangat kecil. Ditambah lagi, ia juga memiliki tanggal lahir yang sama dengan The Doctor, yakni 16 Februari.

Abruzzo berhasil meraih gelar juara dalam kompetisi Asi Mlk bersama tim Pif Paf. Yang membuatnya lebih mentereng, rider minimoto ini berhasil menyapu bersih kemenangan di sepanjang musim ini.

“Musim ini panjang dan kami meraih sukses sejak race pertama. Leo selalu menang dari pole dan selalu menang di setiap balapan dengan meraih catatan waktu tercepat,” ungkap sang ayah, Emanuele.

Memang banyak rider kondang MotoGP yang mengawali kariernya melalui ajang minimoto, termasuk pebalap besar seperti Rossi, Marc Marquez, dan Jorge Lorenzo.

Penampilan apik Abruzzo inipun menarik perhatian sejumlah pihak. Produsen helm asal Jepang, Suomy, yang menjadi sponsor Andrea Dovizioso dan Alvaro Bautista, bahkan bersedia menjadi sponsornya.

Walaupun bangga dengan apa yang diraih putra kecilnya, Emanuele tetap menghimbau anaknya agar terus melanjutkan pendidikannya dan tidak terlalu terbuai dengan kesuksesan dini tersebut.

“Kami sangat bangga dengan Leo. Saya dan istri tidak pernah menyangka dia bisa tampil seperti ini. namun, penting bagi kami tidak terbuai dengan kesuksesannya. Leo juga harus melanjutkan sekolah,” tambah sang ayah.








Tuesday, July 18, 2017

Begini Strategi Rossi untuk Raih Gelar Juara MotoGP 2017

https://www.rungansport.com/wp-content/uploads/2017/07/valentino-rossi-1.jpg

Berita Seputar MotoGP - Valentino Rossi mulai menyiapkan strategi demi mengejar peluangnya meraih gelar juara dunia MotoGP 2017 menyusul semakin ketatnya persaingan musim ini saat ia masih bercokol di peringkat empat klasemen sementara.

Valentino Rossi tercatat sebagai salah satu pebalap tersukses dalam ajang balap roda dua usai meraih masing-masing satu gelar juara dunia di kelas 125cc, 250cc, dan 500cc, yang ditambah dengan enam mahkota di MotoGP.

Rider 38 tahun tersebut mengawali musim ini dengan performa yang cukup apik bersama tim Movistar Yamaha. Ia sudah empat kali naik podium dengan pencapaian terbaiknya saat meraih kemenangan di gelaran GP Belanda.

Alhasil, Rossi pun kini bertengger di peringkat empat klasemen sementara dengan koleksi 119 poin dan hanya berjarak 10 poin dari wakil Repsol Honda, Marc Marquez, di posisi puncak.

Dengan sembilan seri tersisa musim ini, pebalap veteran asal Italia inipun mulai menyiapkan strategi untuk mewujudkan ambisi meraih gelar juara dunia ke-10 atau ketujuhnya di kelas utama di tengah kompetisi yang semakin ketat. Ia bertekad kembali merebut podium pertama dalam ajang race di San Marino, Jepang, Australia, dan Malaysia.

“Saya ingin tampil cepat di Misano dalam race GP San Marino. Setelah itu, saya akan mencoba meraih tiga kemenangan pada balapan di negara Asia,” ungkap Rossi sebagaimana dikutip dalam Motorsport edisi Minggu (16/7) kemarin.

Walaupun demikian, The Doctor tak ingin targetnya tersebut mengganggu fokusnya dalam race berikutnya. Ia pun bertekad tetap tampil kompetitif dalam seri ke-10 MotoGP di Sirkuit Brno, Republik Ceska awal Agustus mendatang.

“Saat ini, hal yang terpenting adalah tiba di Brno pada GP Ceska dan mencoba untuk tampil kompetitif,” tambahnya.




Alvaro Bautista Resmi Perpanjang Kontrak di Tim Aspar

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2017/07/17/49/1221470/alvaro-bautista-resmi-perpanjang-kontrak-di-tim-aspar-QDc.jpg

Berita Seputar MotoGP - Alvaro Bautista tetap memperkuat Tim Aspar di MotoGP 2018. Hal ini diketahui setelah sang pembalap membubuhkan tanda tangannya di proposal kontrak baru.

Sebelumnya Bautista gencar diberitakan bakal pindah ke tim Aprilia. Namun kabar tersebut berakhir saat Bautista menyepakati tawaran kontrak baru.

"Saya senang bisa bertahan satu musim lagi. Tim ini sangat luar biasa karena terus membantu perkembangan saya. Kami menghadapi musim yang berat, namun saya punya hubungan baik dengan jajaran tim sehingga selalu nyaman mengendari motor Ducati yang mendapat dukungan dari pabrik. Saya pikir kami bisa terus berbenah agar meraih hasil yang lebih baik," ucap pembalap 32 tahun yang dikutip dari Crash.

Keputusan ini juga disambut gembira oleh General Manajer Tim Aspar, Jorge Martinez. Ia yakin Bautista bisa tampil lebih baik di sisa kontraknya.

"Ini kabar bagus buat tim sebab kami mempercayainya. Kami telah mendapat dukungan besar dari pabrik Ducati sehingga bersama-sama kami akan meningkatkan banyak hal secara lebih baik," ucapnya.

"Saya harap kami mendapat banyak poin di musim ini dan semoga poin di musim depan menjadi lebih banyak lagi," tambahnya.

Untuk sementara, Bautista memiliki 44 poin dan duduk di peringkat 11 klasemen pembalap. Prestasi terbaiknya musim ini adalah finis di posisi empat pada GP Argentina, 9 April 2017 lalu.

Test Pribadi, Repsol Honda Uji Sasis Baru di Brno

https://www.rungansport.com/wp-content/uploads/2017/07/a-mms-768x567.jpg

Berita Seputar MotoGP - Pembalap Repsol Honda, Marc Marquez dan Dani Pedrosa akan menguji sasis baru Honda dalam sebuah tes pribadi di Brno, Selasa pekan ini, (18/7).

Dalam tes dua hari tersebut, hadir juga jagoan Satelit LCR, Cal Crutchlow, yang baru saja mendapat kontrak langsung pabrikan berdurasi dua musim.

Semua pembalap Honda belum mencoba sasis baru, dengan sasis baru ini diharapkan masalah akselerasi Honda dapat teratasi.

Sebelumnya Marquez sempat mengatakan di Assen lalu, bahwa dia tidak berharap Honda akan mengeluarkan update part terbaru motor mereka, namun sekarang Honda mampu melakukan update pada sasis.

“Honda telah memberi kami beberapa hal kecil dan bisa membantu, tapi mereka tidak akan melakukan perombakan yang besar,” kata Marquez sebagaimana diberitakan EuroSport UK.

“Tapi kami akan menguji sasis baru di Brno dan beberapa hal lainnya.”

Bagaimanapun, sebuah tes selama liburan musim panas selalu menjadi ide bagus untuk pembalap dan motor, karena itu berarti Anda tidak kehilangan langkah Anda,” sambung Marquez.

Sementara Yamaha sudah lebih dulu memperkenalkan sasis baru mereka saat pengujian pasca-balapan di Barcelona bulan lalu, yang mana Valentino Rossi dan Maverick Vinales sudah menggunakannya di seri Assen dan Sachsenring lalu.
 

MotoGP Bisa Sepi Seperti Superbike Tanpa Rossi

https://www.rungansport.com/wp-content/uploads/2017/07/a-vale-630x420.jpg

Berita Seputar MotoGP - Marco Melandri yang sekarang aktif sebagai pembalap di kejuaran balap dunia Superbike, merasa sedikit khawatit tentang nasib MotoGP nantinya jika Valentino Rossi sudah tak lagi membalap.

Saat ini MotoGP bisa lebih populer ketimbang Superbike karena masih ada Rossi, Rossilah pusat perhatian dan mejadikan MotoGP lebih meriah ketimbang Superbike.

“Tidak mudah bagi Superbike untuk tampil lebih menarik, karena MotoGP sedang berada di puncak popularitas, juga karena kedua kejuaraan ini dikelola oleh pihak yang sama (Dorna Sport), jadi mereka tahu pasti mana yang lebih menghasilkan,” tutur Melandri kepada Tuttomoriweb.

Melandri yakin bahwa perbedaan terbesar antara Superbike dan MotoGP hanya ada pada Rossi, jika Rossi tak di MotoGP lagi, memungkinan besar akan sepi seperti Superbike.

“Kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi dengan MotoGP ketika Rossi tak lagi membalap di sana, untuk Superbike kami memang kalah pamor karena kurangnya promosi,” sambungnya.

Rossi sendiri diprediksi akan tetap di MotoGP sampai dengan 2020 nanti, karena rider Italia itu sedang dalam usaha perburuan gelar juara dunia kesepuluhnya.
 

Sunday, July 16, 2017

Bos Yamaha Perkuat Dugaan Marquez: Rossi Rival Utama, Bukan Vinales

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/atmaja/marc_marquez_makin_tahu_rival_utamanya_di_motogp_2017_tetap_valentino_rossi_bukan_maverick_vinales._(foto-motorsport).jpg

Berita Seputar MotoGP - Wilco Zeelenberg beruntung ia didapuk sebagai manajer tim Yamaha sebagai pemenang Kejuaraan Dunia Supersport, yakni ketika Cal Crutchlow merebutnya pada 2009. Atas jasanya itu, pria asal Belanda tersebut langsung naik pangkat.

Ya, sejak 2010 hingga 2016, Zeelenberg ditugasi Yamaha Factory Racing sebagai manajer tim Jorge Lorenzo. Hasil yang digapai lagi-lagi brilian, 3 gelar juara dunia kelas bergengsi.

Namun setelah Lorenzo pergi ke Ducati. Zeelenberg yang pernah menjuarai salah satu seri di GP 250cc, kini bertugas sebagai analis performa pembalap Yamaha di garasi Maverick Vinales.

Walau hanya bertengger di posisi kedua klasemen sementara pembalap MotoGP 2017. Vinales di bawah Zeelenberg telah merebut tiga kemenangan seri pada musim debutnya bersama tim berlambang garputala tersebut.

Dalam sebuah wawancara terbaru dengan Crash.net. Zeelenberg ditanya apa persamaan dan perbedaan Lorenzo dengan Vinales saat di Yamaha, untuk kemudian dijawabnya dengan keduanya, maupun pembalap mereka yang satu lagi, Valentino Rossi, memiliki perbedaan dalam gaya berkendara buat menguasai motor.

Namun persamaan antara Rossi, Lorenzo, dan Vinales ialah mereka sama-sama ingin menjadi juara dunia. “Itu sangat jelas dan bagi saya tidak ada keraguan dia (Vinales) akan menjadi juara dunia. Hanya saja kapan waktunya tinggal menunggu, itulah pertanyaannya. Tapi dia akan menjadi aktor utama untuk MotoGP di tahun-tahun berikutnya,” beber Zeelenberg.

Media Spanyol, Diario Gol, lantas menanggapi pernyataan salah satu petinggi di tim Yamaha itu dengan sebuah dugaan, atau kalau mau tidak dibilang penegasan. Lantas penegasan atas apa?

Rupanya pernyataan Zeelenberg dikaitkan dengan keyakinan Marc Marquez. Bahwa saingan sesungguhnya yang harus ia kalahkan pada pacuan juara dunia pembalap MotoGP 2017, tetap pada diri Valentino Rossi, bukan Vinales yang hanya dijadikan Yamaha sebagai opsi kedua dan masa depan.

Marquez disebut tidak senang dengan situasi di klasemen sementara, meski ia sedang jadi pimpinan di paruh musim pertama. Karena Rossi hanya berselisih 10 poin darinya. Pembalap tim Repsol Honda itu berusaha keras agar The Doctor segera tercecer di papan klasemen. Mengapa?

Karena Rossi kini masih jadi pembalap nomor satu Yamaha. Dan tim pabrikan asal Iwata, Jepang itu sudah mulai membuat gerakan ke arah sana jelang paruh pertama musim ini ditutup. Semuanya demi menjadikan Rossi meraih gelar ke-10 dan masuk dalam buku sejarah, sebagai pembalap tertua yang mampu memenangkan gelar juara dunia Grand Prix.

Demi membantu Rossi mewujudkan itu sebelum ia pensiun dari lintasan aspal. Setelah pembalap 38 tahun itu mencak-mencak pasca MotoGP Catalunya 2017. Yamaha segera memberi Rossi sasis dan fairing baru, yang notabene justru tidak disukai oleh Vinales.

Berkat sasis dan fairing baru itu, Rossi kini mendekati perolehan poin Vinales jadi hanya berselisih lima angka. So, hadirnya suku cadang baru justru memperkuat Rossi dan merusak irama setelan Vinales. Dengan mental yang telah terasah ketimbang Vinales, jelas Rossi lebih berbahaya bagi Marquez ketimbang rekan setimnya itu.

“Entah bagaimana, kami kesulitan dalam beberapa balapan terakhir. Kami memodifikasi elektronik dan kami kehilangan banyak tenaga,” keluh Vinales usai MotoGP Jerman 2017.

“Setiap balapan, kurang tenaga, kurang tenaga. Dan sekarang sepertinya kami butuh lebih banyak tenaga dari elektronik. Kami benar-benar bingung dalam beberapa balapan. Dengan elektronik yang sama, kami harus berusaha mendapatkan kepercayaan diri yang dimiliki di awal musim ini,” kata Vinales yang sepertinya lebih senang dengan YZR-M1 2017 spesifikasi awal musim ketimbang dengan YZR-M1 2.0 yang dilengkapi sasis dan fairing baru.

“Itu bukan keputusan yang bisa saya putuskan sendiri. Itu keputusan bersama. Kami adalah tim dan kami perlu menuju arah yang sama. Pada saat ini, saya merasa bagus. Tapi saya ulangi, saya merasa lebih baik dengan motor yang saya kendarai di awal musim,” kata Vinales menegaskan.

Nah, atas drama yang terjadi di garasi tim Yamaha Factory Racing antara Rossi dengan Vinales. Semakin membuka mata Marquez atas dugaannya sebelum ini memang realitasnya rival sebenarnya dari sang juara dunia bertahan memang The Doctor bukan Top Gun.

Karena Yamaha akan sekuat tenaga mendukung Rossi meraih juara dunia ke-10 sebelum pensiun. Baru setelah itu terwujud, ganti Vinales yang dijadikan senjata utama menangkal Marquez berjaya di MotoGP.


Komparasi Lorenzo vs Rossi di Paruh Pertama MotoGP Bersama Ducati

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2017/07/12/49/1220122/komparasi-lorenzo-vs-rossi-di-paruh-pertama-motogp-bersama-ducati-NKw.jpg

Berita Seputar MotoGP - Separuh musim pertama MotoGP 2017 telah terlewati. Keputusan Jorge Lorenzo untuk pindah dari tim Yamaha Factory Racing ke Ducati memang belum bisa dibilang sukses atau gagal. Tapi bagaimana perbandingan performanya dengan pembalap-pembalap terdahulu yang pernah memperkuat tim dari Bologna tersebut di kelas bergengsi?

Ya, pertama mari kita ringkas sejenak. Sudah berjalan sembilan balapan, dan Lorenzo saat ini bertengger di posisi kesembilan klasemen dengan raihan sementara 65 poin. Terpaut 58 poin lebih sedikit dari rekan setimnya, Andrea Dovizioso, dan 64 poin di belakang sang pemuncak klasemen, Marc Marquez.

Di MotoGP 2017, Lorenzo juga baru berdiri satu kali di podium – peringkat ketiga di balapan kandang, Jerez. Sementara hasil finis terburuknya adalah peringkat ke-15 (di Assen).

Pembalap Spanyol itu baru satu kali memulai balapan dari barisan terdepan (start kedua di Barcelona). Sementara Assen kembali menjadi lokasi start terburuknya, dari posisi ke-21.

Jika dihitung, maka rata-rata posisi finis Lorenzo adalah 8,4 (rata-rata finis Dovizioso 4), dengan rata-rata posisi start 11,8 (rata-rata start Dovizioso 9,3) – angka lebih kecil lebih baik.

Sejak Ducati bergabung ke MotoGP pada 2003, skuat yang bermarkas di Borgo Panigale itu telah memiliki 12 pembalap penuh waktu di tim pabrikan mereka. Dan menariknya, saat dibandingkan dengan hasil sembilan balapan pertama pembalap-pembalap Ducati lainnya, Lorenzo tepat berada di tengah-tengah.

Infografis rapor para pembalap pabrikan Ducati setelah sembilan balapan pertama oleh Motorsport.com:

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/atmaja/rapor_para_pembalap_tim_pabrikan_ducati_pada_9_seri_awal_periode_2003-2017._(foto-motorsport).jpg

Tentu, sebelum melakukan perbandingan, kita harus menyadari perbedaan daya saing Ducati tiap musimnya. Seperti tahun 2007 di mana Casey Stoner merengkuh gelar juara dunia dan menjadi puncak performa Ducati. Pembalap asal Australia itu mencetak 185 poin, lima kemenangan,dan tujuh podium dalam sembilan balapan pertamanya – bukan perbandingan yang adil untuk Lorenzo karena motornya beda cc (800cc vs 1000cc).

Di sisi lain, rentang waktu 2011-2013 menjadi salah satu periode paling kelam Ducati, yang justru membuat performa debut Valentino Rossi dan Andrea Dovizioso terlihat lebih impresif saat dibandingkan dengan Lorenzo.

Mungkin perbandingan paling adil bagi Lorenzo adalah dengan Andrea Iannone, di mana motor Ducati 2015 lebih kompetitif daripada tahun-tahun sebelumnya tapi tidak pada tingkat performa di era Stoner.

Mengingat musim pertama Iannone yang tidak karuan di Suzuki, sungguh sulit dipercaya jika pembalap asal Italia itu pernah tampil sangat konsisten pada paruh pertama 2015. Ia mencetak dua podium, dan tidak pernah finis lebih buruk dari peringkat keenam. Pada paruh pertama musim tersebut, ia bertengger di bawah duo Yamaha.

Tapi ada dua faktor yang sedikit meringankan Lorenzo. Pertama, Iannone memang sudah punya pengalaman dua tahun di tim satelit Ducati, Pramac, dan juga tidak pernah menjajal motor lain, sementara Lorenzo mungkin memang masih terbawa gaya membalap dengan Yamaha.

Kedua, tingkat kompetisi tahun ini bisa dibilang lebih ketat dibandingkan dua tahun lalu. Di hari yang buruk, Iannone bisa memiliki ekspektasi finis tidak lebih buruk dari P6, sedangkan sekarang para pembalap satelit lebih kompetitif - termasuk Danilo Petrucci dari Pramac - sehingga penurunan performa sedikit saja bisa berujung pada finis di luar 10 besar.

Untuk alasan itulah, komparasi memang sulit untuk dibuat, dan pastinya Lorenzo sedikit lega karena sudah mencetak hasil lebih baik dari Carlos Checa atau Sete Gibernau yang sudah melampaui masa-masa prima mereka saat tiba di Ducati.

Sama halnya dengan Nicky Hayden dan Marco Melandri yang dikontrak untuk menjadi pembalap nomor dua di samping Stoner. Performa buruk Cal Crutchlow pada 2014, juga bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.

Jelas, adaptasi Lorenzo di Ducati membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang ia harapkan, dan statistik dari paruh pertama musim debutnya di Ducati tahun ini juga tidak cukup untuk disebut memuaskan, khususnya ketika Dovizioso telah muncul sebagai penantang gelar juara dunia.

Meski demikian, Lorenzo sebenarnya juga sempat menunjukkan performa konsisten pada empat balapan dari Jerez hingga Barcelona, bahkan (meski singkat) sempat menjadi pemimpin balapan.

Jadi kini dengan ekspektasi yang sedikit ditekan, Lorenzo setidaknya membutuhkan sedikit lebih banyak podium, lebih sering tampil di baris depan, dan terus menyodok ke depan. Mungkin jika target tersebut bisa tercapai, maka itu sudah cukup untuk membuat 2017 sebagai tahun kesuksesan buat dirinya.

“Saya berpikir saat saya tiba di trek-trek yang bagus, kami akan menjadi jauh lebih baik dan sementara itu kami menunggu perbaikan dari sasis. Kami akan melihat jika kami mendapatkan update) pada bagian aerodinamika,” kata Lorenzo menyembulkan optimisme di paruh kedua MotoGP 2017.

“Jika Anda tidak berada di depan, nilai Anda akan turun; jika Anda berada di depan, Anda adalah seorang fenomena. Saya tahu ini adalah soal waktu sebelum motor mulai memberikan rasa nyaman dan saya dapat bertarung untuk kemenangan,” kata Lorenzo sesumbar.  


Thursday, July 13, 2017

Meregalli: Rossi Lebih Rajin Ketimbang Vinales


Berita Seputar MotoGP - Setelah setengah musim berjalan, MotoGP 2017 menempatkan kedua rider Movistar Yamaha di posisi empat besar klasemen sementara.

Maverick Vinales di urutan kedua dan Valentino Rossi di urutan keempat, dan hanya berjarak lima poin, jadi keduanya punya peluang sama besar untuk merebut gelar.

Suasana di paddock Yamaha tahun ini lebih cair dibanding tahun lalu, ketika Rossi masih bersama Jorge Lorenzo sebagai rekan satu tim, namun perbedaan pandangan dan arah pengembangan juga terjadi pada Rossi dan Vinales tahun ini.

"Mereka punya karakter yang berbeda. Rossi tahu diri bahwa dia lebih tua dan selalu berusaha memperbaiki motor di setiap detailnya," jelas Massimo Meregalli kepada Motorsport-Total.

Rossi mengecek semua titik yang perlu mendapat perbaikan, Rossi selalu mengerjakan motor hingga detailnya," sambungnya.

Kedatangan Vinales ke Movistar Yamaha juga menjadi semangat tersendiri bagi Rossi agar bisa tampil lebih baik lagi.

Perbedaan usia keduanya juga sangat jelas terlihat, tapi baik Rossi maupun Vinales, keduanya sama-sama ingin memenangkan kejuaraan tahun ini.

Adapun tentang Vinales, menurut pria Italia itu sedikit lebih malas jika dibanding Rossi.

"Vinales adalah pembalap muda yang memiliki banyak bakat dan sangat cepat, tetapi ia tidak memiliki pengalaman, ia tidak menghabiskan banyak waktu dengan analisis data," jelasnya.

"Di saat Rossi sibuk mengutak-atik semua perbaikan pada motornya dengan para kru, Vinales lebih terfokus pada adaptasi dan gaya balapnya.

"Rossi juga tidak pemalu sepeti Vinales," jelas pria asal Italia itu.

"Terutama di paddock Yamaha ada suasana kerja yang baru setelah kepergian Lorenzo. Kami punya suasana yang baik dalam tim dan kru kedua belah pihak bekerja dengan cara terbaik," pungkasnya.


Renggang? Rossi Ungkap Kondisi Hubungan dengan Vinales


Berita Seputar MotoGP - Rider Movistar Yamaha, Valentino Rossi menyebut bahwa kondisi hubungannya kini dengan sang tandem, Maverick Vinales harus saling menyesuaikan. Bahkan Rossi mengaku harus bekerja ekstra untuk melawan rider Spanyol itu.

Adapun gosip tentang retaknya hubungan kedua pembalap Yamaha itu sudah dimulai sejak seri Amerika lalu, sekarang diyakini semakin renggang lantaran hadirnya sasis baru yang hanya menguntungkan Rossi.

Rossi sendiri mengakui bahwa hubungannya dengan Vinales saat ini saling menyesuaikan, sebisa mungkin tampil profesional sebagai rekan satu tim agar Yamaha kembali ke tangga juara.

"Saya dan Vinales adalah tipe pembalap pekerja keras, kami selalu melakukan perubahan dalam tim untuk menjadi lebih baik, andai kami tidak bersaing untuk gelar, maka semuanya sudah berakhir begitu saja," tutur Rossi seperti dimuat Motori News 24.

Rossi dan Vinales sendiri sempat ada sedikit bentrok di GP Amerika lalu, kemudian masalah mereka memuncak ketika Vinales menganggap sasis baru Yamaha yang lebih condong cocok dengan gaya balap Rossi.

Apalagi keduanya kini sedang dalam perburuan gelar juara dunia, Vinales di posisi dua klasemen sedang mengejar gelar pertamanya di kelas MotoGP, dan Rossi yang ada di posisi keempat sedang dalam usaha melengkapi gelar ke-10nya.