Berita Seputar MotoGP - Walau puncak klasemen sementara pembalap MotoGP 2017 masih dikuasai oleh
Marc Marquez dari tim Repsol Honda. Namun tim Yamaha Factory Racing
jadi yang paling diunggulkan buat mengalahkan sang juara bertahan.
Ya, tak diragukan lagi itu disebabkan tim pabrikan Yamaha memiliki dua pembalap terkuat di lintasan MotoGP saat ini. Valentino Rossi serta Maverick Vinales diyakini sedang ikut bermain di pacuan juara dunia pembalap.
Hanya saja, ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi atau dipertahankan oleh tim dari Iwata, Jepang tersebut jika ingin mengakhiri MotoGP 2017 berstatus juara dunia pembalap, tim dan pabrikan. Apakah itu?
Seperti disebutkan dalam analisa Paolo Beltramo, jurnalis Sky Sports Italia yang sudah puluhan tahun meliput MotoGP. Menyarankan agar tim Yamaha, mulai saat ini mesti mendengarkan masukan dari Valentino Rossi.
Seperti diketahui, Maverick Vinales terlihat begitu cepat dan sama sekali tidak mengatakan ada masalah berarti pada paket motor Yamaha YZR-M1 spesifikasi 2017. Itu terjadi sejak tes pasca musim 2016 hingga pramusim ini. Kemudian berlanjut dengan dua kemenangan Vinales di Qatar dan Argentina.
Namun setelah pembalap 22 tahun itu terjatuh di Austin, lalu meraih hasil buruk di Jerez. Diselingi kemenangan di Le Mans (usai tes privat), serta finis podium di Mugello. Ia kembali terpuruk di Catalunya, terjatuh di Assen, lantas finis keempat di Sachsenring.
Beltramo menegaskan bahwa Vinales belum pengalaman seperti Rossi. Apalagi untuk mengetahui konsistensi, serta beberapa masalah yang dihadapi oleh motor. Itu belum ditambah dengan manajemen ban Michelin yang selalu bikin rumit di setiap seri.
Selepas MotoGP Catalunya, Rossi menuntut sasis baru, setelah ia selalu bercuap-cuap bahwa YZR-M1 spesifikasi 2017 masih memiliki kekurangan di beberapa tempat. Setelah tes Catalunya, Rossi langsung menang di Assen. Tapi Vinales tidak senang, karena ia lebih cocok dengan sasis lawas.
Meski begitu, sejumlah suku cadang baru di YZR-M1 diyakini ikut membawa Vinales melewati Rossi di MotoGP Sachsenring, setelah Vinales start dari urutan 11. Analisa dari Beltramo, menyimpulkan bahwa Vinales telah mampu menyembunyikan masalah M1.
Setelah masalah itu kembali muncul di Jerez dan Catalunya, tim Yamaha segera turun tangan. Atas perbaikan pada sasis dan membuat fairing baru, tim berlambang garputala tersebut menutup paruh musim pertama dengan memimpin klasemen sementara tim dan pabrikan.
Meski di klasemen sementara pembalap dikuasai Marquez dengan keunggulan lima angka atas Vinales dan 10 poin dari Rossi. Tetapi secara keseluruhan, hasil yang didapat pada paruh pertama MotoGP 2017, menegaskan bahwa tim pabrikan Yamaha adalah tim yang harus dikalahkan di lintasan.
Tengok saja hasil yang didapat oleh tim pabrikan Yamaha dari 9 seri awal musim ini: 4 kemenangan seri, 3 kali finis podium kedua, plus 1 kali finis podium ketiga. Yang paling dekat dengan mereka ialah Repsol Honda (3 kemenangan, 2 kali finis podium kedua, 5 kali finis podium ketiga).
“Secara teori, memiliki dua pembalap kelas atas dalam diri Rossi dan Vinales pada MotoGP 2017 merupakan sebuah keuntungan bagi tim Yamaha,” beber Beltramo. “Karena dua pembalap bagus dalam satu tim akan saling meningkatkan daya saing mereka, meski ada juga risikonya,” imbuhnya.
Ya, tak diragukan lagi itu disebabkan tim pabrikan Yamaha memiliki dua pembalap terkuat di lintasan MotoGP saat ini. Valentino Rossi serta Maverick Vinales diyakini sedang ikut bermain di pacuan juara dunia pembalap.
Hanya saja, ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi atau dipertahankan oleh tim dari Iwata, Jepang tersebut jika ingin mengakhiri MotoGP 2017 berstatus juara dunia pembalap, tim dan pabrikan. Apakah itu?
Seperti disebutkan dalam analisa Paolo Beltramo, jurnalis Sky Sports Italia yang sudah puluhan tahun meliput MotoGP. Menyarankan agar tim Yamaha, mulai saat ini mesti mendengarkan masukan dari Valentino Rossi.
Seperti diketahui, Maverick Vinales terlihat begitu cepat dan sama sekali tidak mengatakan ada masalah berarti pada paket motor Yamaha YZR-M1 spesifikasi 2017. Itu terjadi sejak tes pasca musim 2016 hingga pramusim ini. Kemudian berlanjut dengan dua kemenangan Vinales di Qatar dan Argentina.
Namun setelah pembalap 22 tahun itu terjatuh di Austin, lalu meraih hasil buruk di Jerez. Diselingi kemenangan di Le Mans (usai tes privat), serta finis podium di Mugello. Ia kembali terpuruk di Catalunya, terjatuh di Assen, lantas finis keempat di Sachsenring.
Beltramo menegaskan bahwa Vinales belum pengalaman seperti Rossi. Apalagi untuk mengetahui konsistensi, serta beberapa masalah yang dihadapi oleh motor. Itu belum ditambah dengan manajemen ban Michelin yang selalu bikin rumit di setiap seri.
Selepas MotoGP Catalunya, Rossi menuntut sasis baru, setelah ia selalu bercuap-cuap bahwa YZR-M1 spesifikasi 2017 masih memiliki kekurangan di beberapa tempat. Setelah tes Catalunya, Rossi langsung menang di Assen. Tapi Vinales tidak senang, karena ia lebih cocok dengan sasis lawas.
Meski begitu, sejumlah suku cadang baru di YZR-M1 diyakini ikut membawa Vinales melewati Rossi di MotoGP Sachsenring, setelah Vinales start dari urutan 11. Analisa dari Beltramo, menyimpulkan bahwa Vinales telah mampu menyembunyikan masalah M1.
Setelah masalah itu kembali muncul di Jerez dan Catalunya, tim Yamaha segera turun tangan. Atas perbaikan pada sasis dan membuat fairing baru, tim berlambang garputala tersebut menutup paruh musim pertama dengan memimpin klasemen sementara tim dan pabrikan.
Meski di klasemen sementara pembalap dikuasai Marquez dengan keunggulan lima angka atas Vinales dan 10 poin dari Rossi. Tetapi secara keseluruhan, hasil yang didapat pada paruh pertama MotoGP 2017, menegaskan bahwa tim pabrikan Yamaha adalah tim yang harus dikalahkan di lintasan.
Tengok saja hasil yang didapat oleh tim pabrikan Yamaha dari 9 seri awal musim ini: 4 kemenangan seri, 3 kali finis podium kedua, plus 1 kali finis podium ketiga. Yang paling dekat dengan mereka ialah Repsol Honda (3 kemenangan, 2 kali finis podium kedua, 5 kali finis podium ketiga).
“Secara teori, memiliki dua pembalap kelas atas dalam diri Rossi dan Vinales pada MotoGP 2017 merupakan sebuah keuntungan bagi tim Yamaha,” beber Beltramo. “Karena dua pembalap bagus dalam satu tim akan saling meningkatkan daya saing mereka, meski ada juga risikonya,” imbuhnya.
“Mungkin kesalahan Yamaha adalah tidak segera mendengarkan Rossi (sejak
awal musim). Kini Rossi lebih percaya diri dan yakin. Serta pembalap
muda pendampingnya (Vinales) akhirnya bisa beradaptasi dengan pembalap
yang lebih berpengalaman,” tukasnya.
No comments:
Post a Comment