Berita Seputar MotoGP - Wilco Zeelenberg beruntung ia didapuk sebagai manajer tim Yamaha sebagai
pemenang Kejuaraan Dunia Supersport, yakni ketika Cal Crutchlow
merebutnya pada 2009. Atas jasanya itu, pria asal Belanda tersebut
langsung naik pangkat.
Ya, sejak 2010 hingga 2016, Zeelenberg ditugasi Yamaha Factory Racing sebagai manajer tim Jorge Lorenzo. Hasil yang digapai lagi-lagi brilian, 3 gelar juara dunia kelas bergengsi.
Namun setelah Lorenzo pergi ke Ducati. Zeelenberg yang pernah menjuarai salah satu seri di GP 250cc, kini bertugas sebagai analis performa pembalap Yamaha di garasi Maverick Vinales.
Walau hanya bertengger di posisi kedua klasemen sementara pembalap MotoGP 2017. Vinales di bawah Zeelenberg telah merebut tiga kemenangan seri pada musim debutnya bersama tim berlambang garputala tersebut.
Dalam sebuah wawancara terbaru dengan Crash.net. Zeelenberg ditanya apa persamaan dan perbedaan Lorenzo dengan Vinales saat di Yamaha, untuk kemudian dijawabnya dengan keduanya, maupun pembalap mereka yang satu lagi, Valentino Rossi, memiliki perbedaan dalam gaya berkendara buat menguasai motor.
Namun persamaan antara Rossi, Lorenzo, dan Vinales ialah mereka sama-sama ingin menjadi juara dunia. “Itu sangat jelas dan bagi saya tidak ada keraguan dia (Vinales) akan menjadi juara dunia. Hanya saja kapan waktunya tinggal menunggu, itulah pertanyaannya. Tapi dia akan menjadi aktor utama untuk MotoGP di tahun-tahun berikutnya,” beber Zeelenberg.
Ya, sejak 2010 hingga 2016, Zeelenberg ditugasi Yamaha Factory Racing sebagai manajer tim Jorge Lorenzo. Hasil yang digapai lagi-lagi brilian, 3 gelar juara dunia kelas bergengsi.
Namun setelah Lorenzo pergi ke Ducati. Zeelenberg yang pernah menjuarai salah satu seri di GP 250cc, kini bertugas sebagai analis performa pembalap Yamaha di garasi Maverick Vinales.
Walau hanya bertengger di posisi kedua klasemen sementara pembalap MotoGP 2017. Vinales di bawah Zeelenberg telah merebut tiga kemenangan seri pada musim debutnya bersama tim berlambang garputala tersebut.
Dalam sebuah wawancara terbaru dengan Crash.net. Zeelenberg ditanya apa persamaan dan perbedaan Lorenzo dengan Vinales saat di Yamaha, untuk kemudian dijawabnya dengan keduanya, maupun pembalap mereka yang satu lagi, Valentino Rossi, memiliki perbedaan dalam gaya berkendara buat menguasai motor.
Namun persamaan antara Rossi, Lorenzo, dan Vinales ialah mereka sama-sama ingin menjadi juara dunia. “Itu sangat jelas dan bagi saya tidak ada keraguan dia (Vinales) akan menjadi juara dunia. Hanya saja kapan waktunya tinggal menunggu, itulah pertanyaannya. Tapi dia akan menjadi aktor utama untuk MotoGP di tahun-tahun berikutnya,” beber Zeelenberg.
Media Spanyol, Diario Gol, lantas menanggapi pernyataan salah
satu petinggi di tim Yamaha itu dengan sebuah dugaan, atau kalau mau
tidak dibilang penegasan. Lantas penegasan atas apa?
Rupanya pernyataan Zeelenberg dikaitkan dengan keyakinan Marc Marquez. Bahwa saingan sesungguhnya yang harus ia kalahkan pada pacuan juara dunia pembalap MotoGP 2017, tetap pada diri Valentino Rossi, bukan Vinales yang hanya dijadikan Yamaha sebagai opsi kedua dan masa depan.
Marquez disebut tidak senang dengan situasi di klasemen sementara, meski ia sedang jadi pimpinan di paruh musim pertama. Karena Rossi hanya berselisih 10 poin darinya. Pembalap tim Repsol Honda itu berusaha keras agar The Doctor segera tercecer di papan klasemen. Mengapa?
Rupanya pernyataan Zeelenberg dikaitkan dengan keyakinan Marc Marquez. Bahwa saingan sesungguhnya yang harus ia kalahkan pada pacuan juara dunia pembalap MotoGP 2017, tetap pada diri Valentino Rossi, bukan Vinales yang hanya dijadikan Yamaha sebagai opsi kedua dan masa depan.
Marquez disebut tidak senang dengan situasi di klasemen sementara, meski ia sedang jadi pimpinan di paruh musim pertama. Karena Rossi hanya berselisih 10 poin darinya. Pembalap tim Repsol Honda itu berusaha keras agar The Doctor segera tercecer di papan klasemen. Mengapa?
Karena Rossi kini masih jadi pembalap nomor satu Yamaha. Dan tim
pabrikan asal Iwata, Jepang itu sudah mulai membuat gerakan ke arah sana
jelang paruh pertama musim ini ditutup. Semuanya demi menjadikan Rossi
meraih gelar ke-10 dan masuk dalam buku sejarah, sebagai pembalap tertua
yang mampu memenangkan gelar juara dunia Grand Prix.
Demi membantu Rossi mewujudkan itu sebelum ia pensiun dari lintasan aspal. Setelah pembalap 38 tahun itu mencak-mencak pasca MotoGP Catalunya 2017. Yamaha segera memberi Rossi sasis dan fairing baru, yang notabene justru tidak disukai oleh Vinales.
Berkat sasis dan fairing baru itu, Rossi kini mendekati perolehan poin Vinales jadi hanya berselisih lima angka. So, hadirnya suku cadang baru justru memperkuat Rossi dan merusak irama setelan Vinales. Dengan mental yang telah terasah ketimbang Vinales, jelas Rossi lebih berbahaya bagi Marquez ketimbang rekan setimnya itu.
“Entah bagaimana, kami kesulitan dalam beberapa balapan terakhir. Kami memodifikasi elektronik dan kami kehilangan banyak tenaga,” keluh Vinales usai MotoGP Jerman 2017.
“Setiap balapan, kurang tenaga, kurang tenaga. Dan sekarang sepertinya kami butuh lebih banyak tenaga dari elektronik. Kami benar-benar bingung dalam beberapa balapan. Dengan elektronik yang sama, kami harus berusaha mendapatkan kepercayaan diri yang dimiliki di awal musim ini,” kata Vinales yang sepertinya lebih senang dengan YZR-M1 2017 spesifikasi awal musim ketimbang dengan YZR-M1 2.0 yang dilengkapi sasis dan fairing baru.
“Itu bukan keputusan yang bisa saya putuskan sendiri. Itu keputusan bersama. Kami adalah tim dan kami perlu menuju arah yang sama. Pada saat ini, saya merasa bagus. Tapi saya ulangi, saya merasa lebih baik dengan motor yang saya kendarai di awal musim,” kata Vinales menegaskan.
Demi membantu Rossi mewujudkan itu sebelum ia pensiun dari lintasan aspal. Setelah pembalap 38 tahun itu mencak-mencak pasca MotoGP Catalunya 2017. Yamaha segera memberi Rossi sasis dan fairing baru, yang notabene justru tidak disukai oleh Vinales.
Berkat sasis dan fairing baru itu, Rossi kini mendekati perolehan poin Vinales jadi hanya berselisih lima angka. So, hadirnya suku cadang baru justru memperkuat Rossi dan merusak irama setelan Vinales. Dengan mental yang telah terasah ketimbang Vinales, jelas Rossi lebih berbahaya bagi Marquez ketimbang rekan setimnya itu.
“Entah bagaimana, kami kesulitan dalam beberapa balapan terakhir. Kami memodifikasi elektronik dan kami kehilangan banyak tenaga,” keluh Vinales usai MotoGP Jerman 2017.
“Setiap balapan, kurang tenaga, kurang tenaga. Dan sekarang sepertinya kami butuh lebih banyak tenaga dari elektronik. Kami benar-benar bingung dalam beberapa balapan. Dengan elektronik yang sama, kami harus berusaha mendapatkan kepercayaan diri yang dimiliki di awal musim ini,” kata Vinales yang sepertinya lebih senang dengan YZR-M1 2017 spesifikasi awal musim ketimbang dengan YZR-M1 2.0 yang dilengkapi sasis dan fairing baru.
“Itu bukan keputusan yang bisa saya putuskan sendiri. Itu keputusan bersama. Kami adalah tim dan kami perlu menuju arah yang sama. Pada saat ini, saya merasa bagus. Tapi saya ulangi, saya merasa lebih baik dengan motor yang saya kendarai di awal musim,” kata Vinales menegaskan.
Nah, atas drama yang terjadi di garasi tim Yamaha Factory Racing antara
Rossi dengan Vinales. Semakin membuka mata Marquez atas dugaannya
sebelum ini memang realitasnya rival sebenarnya dari sang juara dunia
bertahan memang The Doctor bukan Top Gun.
Karena Yamaha akan sekuat tenaga mendukung Rossi meraih juara dunia ke-10 sebelum pensiun. Baru setelah itu terwujud, ganti Vinales yang dijadikan senjata utama menangkal Marquez berjaya di MotoGP.
Karena Yamaha akan sekuat tenaga mendukung Rossi meraih juara dunia ke-10 sebelum pensiun. Baru setelah itu terwujud, ganti Vinales yang dijadikan senjata utama menangkal Marquez berjaya di MotoGP.
No comments:
Post a Comment