Berita Seputar MotoGP - Dalam lomba dramatis MotoGP Prancis 2017 di sirkuit Le Mans, Minggu
(21/5). Maverick Vinales mempersembahkan gelar GP ke-500 buat Yamaha.
Sementara Valentino Rossi dan Marc Marquez mencium aspal seolah-olah
mereka di pertempuran Waterloo.
Di MotoGP Prancis 2017 juga ada Johann Zarco yang menikmati podium pertamanya di kelas bergengsi. Sedangkan Dani Pedrosa menikmati kerja kerasnya selama lomba, walau ia sempat terlibat insiden senggolan dengan Cal Crutchlow. Tapi jangan lupakan Ducati yang masih meraih hasil lumayan. Sementara Suzuki (finis ke-10 lewat Andrea Iannone) lagi-lagi tampil di bawah ekspektasi.
Begitulah kurang lebih gambaran akhir pekan lomba MotoGP Prancis 2017 yang disimpulkan oleh pengamat MotoGP senior, Carlo Pernat. Berikut petikan wawancara GPOne dengan manajer Andrea Iannone tersebut.
Sepertinya tidak ada solusi untuk The Maniac (julukan Iannone)?“Saya pikir ini ikatan pernikahan yang buruk, mungkin chemistry yang tepat telah hilang. Motornya perlu dievaluasi lagi, dan mari kita berharap ban nomor 70 (dari Michelin) membawa sesuatu yang positif bagi Andrea di Mugello (seri setelah Prancis). Dalam perubahan tim, baik Lorenzo maupun Iannone tidak memperoleh kemajuan.”
Bagaimana dengan hasil Ducati, finis keempat dan keenam di Le Mans?“Mereka sedikit jauh di belakang. Ada podium finis di Jerez, tapi kesenjangan dengan barisan depan terlalu besar. Poin referensi Ducati adalah Dovizioso, itu tidak bisa disangkal, karena ia selalu mendapat yang terbaik dari motornya.”
Zarco tidak melakukannya dengan buruk, malah podium yang layak?“Johann adalah pembalap papan atas. Le Mans adalah GP yang paling penting dalam kariernya. Terutama jika kita mempertimbangkan tekanan penonton tuan rumah. Balapan ini (Prancis) memberikan pengetahuan tambahan kepadanya, bahwa ia selalu bisa memperjuangkan finis podium.”
Maverick tidak mungkin salah?“Dia melakukan kesalahan seperti Valentino, namun pada titik tertentu, dia mempertimbangkan untuk mempertahankan posisinya.”
Di MotoGP Prancis 2017 juga ada Johann Zarco yang menikmati podium pertamanya di kelas bergengsi. Sedangkan Dani Pedrosa menikmati kerja kerasnya selama lomba, walau ia sempat terlibat insiden senggolan dengan Cal Crutchlow. Tapi jangan lupakan Ducati yang masih meraih hasil lumayan. Sementara Suzuki (finis ke-10 lewat Andrea Iannone) lagi-lagi tampil di bawah ekspektasi.
Begitulah kurang lebih gambaran akhir pekan lomba MotoGP Prancis 2017 yang disimpulkan oleh pengamat MotoGP senior, Carlo Pernat. Berikut petikan wawancara GPOne dengan manajer Andrea Iannone tersebut.
Sepertinya tidak ada solusi untuk The Maniac (julukan Iannone)?“Saya pikir ini ikatan pernikahan yang buruk, mungkin chemistry yang tepat telah hilang. Motornya perlu dievaluasi lagi, dan mari kita berharap ban nomor 70 (dari Michelin) membawa sesuatu yang positif bagi Andrea di Mugello (seri setelah Prancis). Dalam perubahan tim, baik Lorenzo maupun Iannone tidak memperoleh kemajuan.”
Bagaimana dengan hasil Ducati, finis keempat dan keenam di Le Mans?“Mereka sedikit jauh di belakang. Ada podium finis di Jerez, tapi kesenjangan dengan barisan depan terlalu besar. Poin referensi Ducati adalah Dovizioso, itu tidak bisa disangkal, karena ia selalu mendapat yang terbaik dari motornya.”
Zarco tidak melakukannya dengan buruk, malah podium yang layak?“Johann adalah pembalap papan atas. Le Mans adalah GP yang paling penting dalam kariernya. Terutama jika kita mempertimbangkan tekanan penonton tuan rumah. Balapan ini (Prancis) memberikan pengetahuan tambahan kepadanya, bahwa ia selalu bisa memperjuangkan finis podium.”
Maverick tidak mungkin salah?“Dia melakukan kesalahan seperti Valentino, namun pada titik tertentu, dia mempertimbangkan untuk mempertahankan posisinya.”
Marc terjatuh lagi?“Marquez sudah kembali ke
jalannya yang dulu, pembalap yang biasanya tidak puas dan melampaui
batas, membuang poin. Ini adalah nol poin keduanya musim 2017, saya
bilang itu terlalu banyak dalam lima balapan. Anda harus konsisten untuk
memenangkan gelar juara dunia, seperti Vinales.”
Siapa yang bisa menduga Rossi akan terjatuh (dan gagal poin lalu tak lagi memimpin klasemen)?“Valentino melakukan hal seperti Marquez. Karena ia jatuh pada saat yang salah, padahal seharusnya ia bisa dan harus menyelesaikan lomba.”
“Mungkin ia ingin mencetak angka kemenangan nomor 500 (di GP) buat Yamaha. Itu seperti yang ia lakukan untuk Honda di masa lampau. Jika dia memikirkan kejuaraan (gelar juara dunianya yang ke-10), maka posisi finis podium kedua akan bernilai seperti emas.”
Siapa yang bisa menduga Rossi akan terjatuh (dan gagal poin lalu tak lagi memimpin klasemen)?“Valentino melakukan hal seperti Marquez. Karena ia jatuh pada saat yang salah, padahal seharusnya ia bisa dan harus menyelesaikan lomba.”
“Mungkin ia ingin mencetak angka kemenangan nomor 500 (di GP) buat Yamaha. Itu seperti yang ia lakukan untuk Honda di masa lampau. Jika dia memikirkan kejuaraan (gelar juara dunianya yang ke-10), maka posisi finis podium kedua akan bernilai seperti emas.”
No comments:
Post a Comment