Berita Seputar MotoGP - Jorge Lorenzo mengakui bahwa dirinya merasa lebih dekat dari sebelumnya dengan Valentino Rossi. Pernyataan itu terlontar usai pembalap penguji Yamaha menyelesaikan tes resmi pertama MotoGP di Sirkuit Internasional Sepang.
Setelah musim yang sangat mengecewakan di tim Repsol Honda, diselingi oleh beberapa cedera, Lorenzo akhirnya menerima tantangan baru dari tim Yamaha sebagai pembalap penguji M1.
Di garasi tim Yamaha, Lorenzo ditekankan untuk memberikan data maksimal pada pengembangan motor M1 yang bakal menjadi tunggangan Maverick Vinales dan Valentino Rossi. Tapi selama pengujian resmi tersebut pembalap berjuluk X-Fuera tidak diberikan kesempatan untuk menjajal motor anyar Garpu Tala, sehingga data yang dikumpulkan terkesan kurang maksimal.
Setelah musim yang sangat mengecewakan di tim Repsol Honda, diselingi oleh beberapa cedera, Lorenzo akhirnya menerima tantangan baru dari tim Yamaha sebagai pembalap penguji M1.
Di garasi tim Yamaha, Lorenzo ditekankan untuk memberikan data maksimal pada pengembangan motor M1 yang bakal menjadi tunggangan Maverick Vinales dan Valentino Rossi. Tapi selama pengujian resmi tersebut pembalap berjuluk X-Fuera tidak diberikan kesempatan untuk menjajal motor anyar Garpu Tala, sehingga data yang dikumpulkan terkesan kurang maksimal.
Dalam wawancara dengan Race seperti dikutip dari Sportal, Selasa
(11/2/2020), Lorenzo mengatakan mengenai keputusannya hengkang dari tim
Repsol Honda. Menurutnya, tidak ada yang pernah mengharapkan ketika
dirinya memutuskan pensiun dan kembali ke garasi bersama tim kompetitor
(Yamaha).
"Di sana (Honda) saya menderita. Hidup dibuat untuk kesenangan, bukan
untuk penderitaan, terutama ketika Anda telah menang begitu banyak. Saya
tidak menyesal, karena tidak masuk akal untuk menyesali hal-hal yang
tidak dapat saya ubah. Tetapi akan selalu ada pertanyaan tentang apa
yang akan terjadi jika saya menang sebulan sebelumnya di Ducati," ungkap
Lorenzo.
Waktu terus berjalan dan Lorenzo tidak ingin meratapi keputusan yang telah dibuatnya dan tidak ada gunanya memikirkan masa lalu. Sekarang pembalap Spanyol itu hanya fokus pada pengembangan motor M1 Yamaha.
Tujuan utama Lorenzo saat ini adalah membawa pabrikan Jepang berada di puncak kelas utama MotoGP. Pasalnya, sudah empat tahun tim Yamaha puasa gelar sejak pemilik nomor 99 juara pada 2015 lalu.
Berbagi data dengan Vinales dan musuh bebuyutannya Rossi menjadi keharusan yang tidak bisa dipisahkan dari pekerjaan Lorenzo. Unik memang, ketika beberapa tahun bermitra dengan The Doctor, pemberitaan yang kerap disajikan adalah mengenai perseteruan dan bukan prestasi.
Kini, Lorenzo dan dua pembalap utama pabrikan Yamaha (Rossi dan Vinales) harus menyatukan visi dan misi yang sama terkait gelar juara MotoGP tahun ini. "Sangat sulit untuk bersahabat dengan pesaing langsung, terutama ketika kita semua adalah pembunuh di MotoGP. Marc adalah seorang pembunuh, Valentino adalah seorang pembunuh, saya seorang pembunuh, kita semua ingin menang dan kita tidak pernah ingin memberikan apa pun kepada orang lain."
"Ini membuatnya sulit untuk berkomunikasi, menghabiskan waktu bersama atau merasakan empati terhadap yang lain. Ketika sesuatu yang menggairahkan seperti Sepang terjadi pada 2015, gesekan menyebabkan hubungan itu bahkan lebih buruk. Tapi sekarang kami lebih dekat dari sebelumnya, mungkin karena kepentingan bersama kami adalah untuk melihat Yamaha menang," pungkas Lorenzo.
Waktu terus berjalan dan Lorenzo tidak ingin meratapi keputusan yang telah dibuatnya dan tidak ada gunanya memikirkan masa lalu. Sekarang pembalap Spanyol itu hanya fokus pada pengembangan motor M1 Yamaha.
Tujuan utama Lorenzo saat ini adalah membawa pabrikan Jepang berada di puncak kelas utama MotoGP. Pasalnya, sudah empat tahun tim Yamaha puasa gelar sejak pemilik nomor 99 juara pada 2015 lalu.
Berbagi data dengan Vinales dan musuh bebuyutannya Rossi menjadi keharusan yang tidak bisa dipisahkan dari pekerjaan Lorenzo. Unik memang, ketika beberapa tahun bermitra dengan The Doctor, pemberitaan yang kerap disajikan adalah mengenai perseteruan dan bukan prestasi.
Kini, Lorenzo dan dua pembalap utama pabrikan Yamaha (Rossi dan Vinales) harus menyatukan visi dan misi yang sama terkait gelar juara MotoGP tahun ini. "Sangat sulit untuk bersahabat dengan pesaing langsung, terutama ketika kita semua adalah pembunuh di MotoGP. Marc adalah seorang pembunuh, Valentino adalah seorang pembunuh, saya seorang pembunuh, kita semua ingin menang dan kita tidak pernah ingin memberikan apa pun kepada orang lain."
"Ini membuatnya sulit untuk berkomunikasi, menghabiskan waktu bersama atau merasakan empati terhadap yang lain. Ketika sesuatu yang menggairahkan seperti Sepang terjadi pada 2015, gesekan menyebabkan hubungan itu bahkan lebih buruk. Tapi sekarang kami lebih dekat dari sebelumnya, mungkin karena kepentingan bersama kami adalah untuk melihat Yamaha menang," pungkas Lorenzo.
No comments:
Post a Comment