Berita Seputar MotoGP - Jorge Lorenzo membuka rahasia pribadinya yang selama ini mungkin
diketahui publik apalagi penggemarnya. Sebelum memutuskan bergabung
dengan Honda, ternyata Lorenzo sempat berniat pensiun karena merasa
gagal merajut karier bersama Ducati.
Keinginan tersebut itu muncul setelah diawal bergabung dengan tim pabrikan asal Italia, Lorenzo kesulitan menaklukkan Desmosedici GP. Beruntung di tahun keduanya, Lorenzo mulai menemukan performa terbaik dan merasakan tiga kali naik podium pertama.
Sial ketika aksinya mulai membuahkan hasil, Ducati malah melepaskan Lorenzo dan memilih Danilo Petrucci sebagai pengganti. Dalam ketidakpastian masa depan, Lorenzo dikaitkan Suzuki, yang ternyata justru menggaet Joan Mir. Hanya tersedia slot pembalap satelit Petronas Yamaha SRT, tak dinyana ia dan Honda mencapai kesepakatan.
“Itu (masa-masa yang gila). Saya seperti hampir sedikit depresi. Ketika saya melihat kemungkinan untuk pensiun, pikiran saya semakin tertekan,” tuturnya kepada BT Sport seperti dikutip Motorsport, Rabu (12/12/2018).
“Ketika saya membayangkan pensiun, dalam beberapa hal saya merasa bahagia dan lega karena saya tidak akan merasakan lagi tekanan dan saya tidak akan terluka lagi. Namun saya benar-benar tidak menyangka saat baru mulai merasakan kemungkinan pensiun, saya semakin tertekan. Dan seperti inilah, sangat dekat untuk pensiun."
“Memang benar saya punya kemungkinan lain untuk masuk tim satelit bersama Yamaha. Itu adalah pilihan yang bagus, tapi bukan yang saya inginkan,” imbuh Lorenzo.
Lorenzo mengatakan sebenarnya dengan mulai bisa beradaptasi, ia yakin bisa memenangi balapan. Tapi kegagalan mencetak hasil menyulitkan mental. Lorenzo pun merasa Ducati sudah tidak menaruh kepercayaan lagi.
“Tidak bisa dipercaya. Mereka mengatakan dalam balap motor dan olahraga pada umumnya, nilai Anda adalah balapan terakhir Anda, dan balapan terakhir saya (yang mengarah ke kontrak Honda) sangat buruk,” ungkap Lorenzo.
Keinginan tersebut itu muncul setelah diawal bergabung dengan tim pabrikan asal Italia, Lorenzo kesulitan menaklukkan Desmosedici GP. Beruntung di tahun keduanya, Lorenzo mulai menemukan performa terbaik dan merasakan tiga kali naik podium pertama.
Sial ketika aksinya mulai membuahkan hasil, Ducati malah melepaskan Lorenzo dan memilih Danilo Petrucci sebagai pengganti. Dalam ketidakpastian masa depan, Lorenzo dikaitkan Suzuki, yang ternyata justru menggaet Joan Mir. Hanya tersedia slot pembalap satelit Petronas Yamaha SRT, tak dinyana ia dan Honda mencapai kesepakatan.
“Itu (masa-masa yang gila). Saya seperti hampir sedikit depresi. Ketika saya melihat kemungkinan untuk pensiun, pikiran saya semakin tertekan,” tuturnya kepada BT Sport seperti dikutip Motorsport, Rabu (12/12/2018).
“Ketika saya membayangkan pensiun, dalam beberapa hal saya merasa bahagia dan lega karena saya tidak akan merasakan lagi tekanan dan saya tidak akan terluka lagi. Namun saya benar-benar tidak menyangka saat baru mulai merasakan kemungkinan pensiun, saya semakin tertekan. Dan seperti inilah, sangat dekat untuk pensiun."
“Memang benar saya punya kemungkinan lain untuk masuk tim satelit bersama Yamaha. Itu adalah pilihan yang bagus, tapi bukan yang saya inginkan,” imbuh Lorenzo.
Lorenzo mengatakan sebenarnya dengan mulai bisa beradaptasi, ia yakin bisa memenangi balapan. Tapi kegagalan mencetak hasil menyulitkan mental. Lorenzo pun merasa Ducati sudah tidak menaruh kepercayaan lagi.
“Tidak bisa dipercaya. Mereka mengatakan dalam balap motor dan olahraga pada umumnya, nilai Anda adalah balapan terakhir Anda, dan balapan terakhir saya (yang mengarah ke kontrak Honda) sangat buruk,” ungkap Lorenzo.
“Sangat sulit bagi saya secara mental, karena saya bekerja dan berlatih
lebih dari sebelumnya, namun hasilnya tidak datang. Dan saya tahu apa
yang sedang terjadi. Saya tahu kami sangat dekat untuk mendapatkan hasil
baik dan kemenangan. Tetapi orang-orang tidak percaya karena saya
bersama Ducati selama satu setengah tahun dan kami tidak mendapatkan
kemenangan apa pun."
“Saya melihat kami semakin dekat dengan kemenangan, karena kami memimpin balapan dari awal untuk, saya tidak tahu, lima lap, tujuh lap, bahkan 10 lap, tapi akhirnya kami kehilangan sesuatu. Saya tahu apa kehilangan kami. Namun tim mungkin pada saat itu tidak percaya lagi pada Jorge Lorenzo,” pungkasnya.
“Saya melihat kami semakin dekat dengan kemenangan, karena kami memimpin balapan dari awal untuk, saya tidak tahu, lima lap, tujuh lap, bahkan 10 lap, tapi akhirnya kami kehilangan sesuatu. Saya tahu apa kehilangan kami. Namun tim mungkin pada saat itu tidak percaya lagi pada Jorge Lorenzo,” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment