Berita Seputar MotoGP - Tim Suzuki Ecstar dilema menghadapi tiga seri terakhir MotoGP 2020.
Dua pembalapnya, Joan Mir dan Alex Rins, sama-sama berpeluang menjadi
juara dunia. Kini, pabrikan asal Jepang itu dihadapkan pada pilihan
mendahulukan siapa untuk memutus puasa gelar 20 tahun terakhir.
Suzuki
memang sedang di atas angin. Hal ini tak lepas dari pencapaian duo
pembalapnya dalam dua balapan terakhir di Sirkuit Aragon. Keduanya rutin
naik podium.
Meski begitu, Mir tetap menjadi pembalap Suzuki yang paling berpeluang
merebut gelar juara dunia tahun ini. Meski belum sekali pun merebut
kemenangan, rider asal Spanyol ini sedang berada di posisi puncak
klasemen sementara pembalap dengan 137 poin.
Dia unggul 14 angka
dari rider Petronas Yamaha SRT Fabio Quartararo. Dengan tiga balapan
tersisa dan poin maksimal yang didapat adalah 75 poin, Mir memang masih
berpeluang disalip.
Namun, pembalap berusia 23 tahun itu menegaskan akan terus berjuang
hingga akhir musim. Apalagi, sebagai juara dunia Moto3 2017, dia punya
pengalaman mendapat tekanan dalam bersaing memperebutkan gelar juara
dunia.
“Ini tentu saja berbeda, momennya pun berbeda. Namun, bagi
saya, gelar ini atau titel itu nilainya sama saja. Jika pada akhirnya
saya berhasil meraih gelar juara dunia, nilai yang saya berikan terhadap
kejuaraan dunia Moto3 sama seperti yang saya berikan kepada kejuaraan
dunia ini (MotoGP),” ucap Mir, dilansir motorsport.
Tidak hanya itu, Mir tampaknya sudah mengubah pikirannya yang sebelumnya fokus untuk merebut kemenangan perdananya di ajang MotoGP.
Pasalnya, dia sekarang memiliki kesempatan besar untuk bisa menjadi
juara dunia. Jadi, dia mengakui tak akan mengubah sedikit pun pola
pikirnya saat menjalani balapan.
Menurutnya, untuk melakukan perubahan gaya balap saat ini akan menjadi sebuah kesalahan besar. Karena, dia mengetahui setiap menjalani balapan pasti bisa saja melakukan kesalahan. Bahkan, dia juga mewaspadai dengan kondisi fisik, khususnya dengan penyebaran virus korona (Covid-19) yang sudah menyebar ke paddock.
“Yang terpenting saat ini adalah menemukan keseimbangan dalam hal itu
dan mengambil risiko pada saat ini. Jadi, inilah poin utamanya. Kami
tidak harus memikirkan kejuaraan dunia pada momen-momen tertentu,
misalnya, pada lap pertama. Namun, setelah itu, mungkin saja saya
memikirkannya,” ujarnya.
Sementara Rins mengaku tidak percaya
diperhitungkan dalam perebutan gelar juara dunia. Meski berada di posisi
keenam klasemen dengan jarak 32 poin dari Mir, secara matematis peluang
rider berusia 24 tahun ini tetap terbuka. Karena itu, dia berjanji akan
terus mencoba konsisten setidaknya selalu bisa berada di barisan depan
di tiga balapan terakhir.
Selain itu, Rins mengungkapkan bahwa kunci keberhasilannya dua kali naik
podium di Aragon adalah penggunaan ban. Apalagi, dia menjadi salah satu
dari tiga rider yang menggunakan ban lembut pada kedua roda motornya
selain Maverick Vinales (Monster Energy Yamaha) dan Francesco Bagnaia
(Pramac). Hal inilah yang menjadi pertimbangan utamanya untuk tak
memaksakan menggeber motornya.
“Saya pikir Vinales dan saya
adalah pembalap yang memakai ban lembut di depan. Saya merasa baik-baik
saja dengan ban itu. Hingga pertengahan balapan, saya masih baik-baik
saja. Namun, setelah menjalani putaran demi putaran, saya merasa sedikit
slip ke depan,” tandasnya.
Sementara itu, Manajer Teknis Tim
Suzuki Ken Kawauchi mengaku puas kedua pembalapnya menjaga konsistensi
naik podium dua kali secara beruntun. Apalagi, dia juga tidak percaya
timnya sekarang sebagai pemimpin klasemen konstruktor tim dengan 242
poin.
Pencapaian itu unggul dari tim Petronas Yamaha SRT yang mengumpulkan 235
poin. Meski kedua rider-nya berpeluang menjadi juara dunia, Kawauchi
hanya ingin mencoba menjaga motor rider-nya tetap konsisten. Yang
terpenting bisa membawa pembalap Suzuki menjadi juara dunia MotoGP yang
terakhir kali berhasil diraih Kenny Roberts Jr pada 2000.
“Sungguh
luar biasa melihat kedua pembalap kami naik podium dan memimpin
kejuaraan. Satu hal yang telah membantu kami dalam beberapa balapan
terakhir ini adalah awal yang baik dari para pembalap, kemampuan kami
untuk menghemat ban, dan waktu putaran kami yang konsisten. Tiga hal ini
telah menjadi kunci kesuksesan kami,” ujar Kawauchi.
No comments:
Post a Comment